Rabu, 30 Juni 2010

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Metode” Kartu Pilihan Tantangan” pada Pokok Bahasan Struktur Tubuh Hewan dan Tumbuhan

Abstrak

Proses pembelajaran adalah bagian penting dari proses pendidikan dimana pada proses belajar mengajar guru atau orang dewasa memberikan pengaruh kepada peserta didik untuk mengkontruksi pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi dirinya sendiri. Proses belajar bukan sekedar mendengar atau mengamati guru menyajikan materi pembelajaran, akan tetapi siswa harus mempunyai peran dalam pembelajaran sehingga peran itu menjadi pengalaman baginya. Metode Kartu Pilihan Tantangan adalah metode yang diciptakan agar siswa aktif dan merasa diberi rangsangan, tantangan dalam permbelajaran. Berdasarkan paparan data yang mengungkapkan hasil belajar belajar pada siklus I terdapat ganjalan antara harapan dengan kenyataan. Perubahan nilai yang terjadi pada siswa tidak berubah secara signifikans artinya perlakuan berupa Kartu Pilihan Tantangan yang diberikan kepada siswa tidak mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Melalui wawancara yang dilakukan dengan siswa dapat diketahui bahwa siswa merasa grogi dan bingung dalam menggali materi yang akan ditanyakan. Hasil belajar siklus II dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan Kartu Pilihan Tantangan dengan memberikan informasi tantang tujuan pembelajaran sebelumnya serta memberikan kesempatan siswa belajar di pustaka secara berkelompok dengan pengawasan guru akan memberikan perubahan hasil belajar yang sangat signifikan

Kata Kunci: PTK, Kartu Pilihan Tantangan, Hasil Belajar siswa
A.Pendahuluan
A.1. Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan Undang-Undang no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Selanjutnya pada pasal 20 undang-undang tersebut menyatakan secara gamblang bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya setiap guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
Pembelajaran Biologi sebagai bagian dari system pendidikan nasional di sekolah mempunyai tujuan pembelajaran yang mengarah pada proses penciptaan perkembangan peserta didik yang unggul dan berqualitas. Menurut Dirjen Dikdasmen bahwa pengembangan kurikulum Biologi merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan desentralisasi. Perkembangan itu bertujuan agar program pembelajaran relevan dengan lingkungan siswa, mampu memupuk keimanan dan ketakwaan terhadap tuhan yang maha esa, memberikan kecakapan hidup, menguasai prinsip-prinsip alam, bersikap ilmiah serta mempunyai kepribadian Indonesia dan berakhlak mulia (2003:1)
Oleh karena begitu luas dan bermanfaatnya pembelajaran biologi dalam mengembangkan diri siswa maka guru harus mampu mengkontruksi proses pembelajaran siswa secara efektif dan efisien. Pembelajaran yang efektif dan efisien adalah pembelajaran yang mampu menstimuli siswa belajar secara optimal dengan kondisi yang ada di sekolah atau kondisi yang disetting guru dari potensi yang ada di sekolah.
Kenyataan yang ditemui di kelas adalah masih banyak siswa yang mendapatkan hasil belajar tidak sesuai dengan harapan, dimana hasil ulangan harian menunjukkan perolehan siswa di bawah KKM (KKM Biologi kelas XI SMAN Plus = 72).
Untuk mengatasi masalah tersebut penulis membuat inovasi pembelajaran dengan berupa menggunakan metode “ Kartu Pilihan Tantangan” pada pokok bahasan Struktur Tubuh Hewan di kelas XI SMAN Plus Propinsi Riau.
A.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah dengan menggunakan metode kartu pilihan tantangan dapat meningkatkan hasil belajar siswa ?
A.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan unutk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMAN Plus Propinsi Riau
A.4. Pembatasan Masalah
Penelitian ini hanya pada pokok bahasan struktur tubuh manusia pada kelas XI SMAN Plus Propinsi Riau

A.5. Manfaat Penelitian
a. Bagi Siswa
1) Untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa, sehingga pembelajaran lebih menyenangkan, aktif, efektif dan efisien
2) Dapat meningkatkan efektivitas belajar kelompok
3) Mendidik siswa untuk mengahargai, mengapersepsi pendapat temannya yang selanjutnya akan berpengaruh positip pada kehidupan sehari-hari siswa

b. Bagi Guru
1) Meningkatkan keterampilan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran
2) Menambah pengatahuan dan penahaman guru terhadap variasi metode pembelajaran
3) Tersedianya alternatif variasi metode pembelajaran
c. Bagi Sekolah
1) Meningkat akuntabilitas sekolah di mata masyarakat dan pemerintah
2) Dapat memberi motivasi bagi guru lain sehingga meningkatkan kinerja guru di sekolah tersebut

B. Kajian Teoretis
B. 1. Pembelajaran
Proses pembelajaran adalah bagian penting dari proses pendidikan dimana pada proses belajar mengajar guru atau orang dewasa memberikan pengaruh kepada peserta didik untuk mengkontruksi pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi dirinya sendiri. Menurut Slameto (2003:2)
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara kesuluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya

Perubahan yang terjadi pada proses pembelajaran mempunyai sifat-sifat sebagai barikut:
1) Terjadi secara sadar
Seorang siswa yang telah mengalami proses pembelajaran sadar telah terjadi perubahan pada dirinya, misalnya dari ketidaktahuan pada suatu konsep pengetahuan menjadi tahu.
2) Bersifat berkesinambungan
Seorang siswa yang diajar dan dilatih menanam pohon selanjutnta diajari dan terampil memupuk dan memelihara tanamannya
3) Bersifat positif
Perubahan senintiasa terus berkembang ke arah yang positif dan konstruktif
4) Bersifat kekal
Pengetahuan atau keterampilan yang diterima siswa bertahan samapi dewasa
5) Bertujuan dan terarah
Perubahan tingkah laku bertujuan dan terarah kepada perkembang ke arah perubahan tingkah laku yang lebih kompleks
6) Mencakup seluruh aspek tingkah laku
Meliputi perubahan pada pengetahuan, sikap dan keterampilan
Menurut Hamalik (2003: 27) bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman ( Learning is definied as the modification or strengthening of behavior throught experiencing)
Dari teori ini dapat di ambil pengertian bahwa proses belajar bukan sekedar mendengar atau mengamati guru menyajikan materi pembelajaran, akan tetapi siswa harus mempunyai peran dalam pembelajaran sehingga peran itu menjadi pengalaman baginya. Aktifnya siswa mengambil peran dalam pembelajaran disebut juga dengan Cara belajar siswa aktif ( CBSA). Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:114) bahwa keaktifan siswa dalam belajar melibatkan faktor fisik dan psikis. Faktor fisik dapat berupa kegiatan membaca, menulis, memperagakan, mempresentasikan, mengukur dll. Sedangkan psikis antara lain mengingat kembali isi pelajaran yang dipelajari sebelumnya, menggunakan konsep pengetahuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi, menyimpulkan hasil eksperimen dll. Seluruh kegiatan yang diikuti siswa harus menjamin adanya keterlibatan intelektual- emosional.
Pembelajaran Biologi sebagai bagian dari pembelajaran di sekolah merupakan komponen yang tak terpisahkan dari struktur pendidikan di sekolah. Mata pelajaran biologi mempunyai karakteristik umum seperti mata pelajaran lainnya dan mempunyai corak khusus sesuai dengan sifat mata pelajaran biologi. Menurut Dirjen Dikdasmen (2003:2)
Mata Pelajaran Biologi berfungsi untuk menanamkan kasadaran terhadap keindahan dan keteraturan alam sehingga siswa dapat meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang maha Esa sebagai warga negara yang mengusai sains dan tekhnologi untuk meningkatkan mutu kehidupan dan melanjutkan pendidikan. Mata pelajaran Biologi Bertujan untuk:
1) Memahami konsep-konsep biologi dan saling keterkaitan
2) mengembangkan keterampilan dasar biologi untuk menumbuhkan nilai sikap ilmiah
3) Menerapkan konsep dan prinsip Biologi untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia
4) Mengembangkan kepekaan nalar untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan proses kehidupan dalam kejadian sehari-hari
5) Meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan
6) Memberikan bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan pendidikan
B. 2. Hasil Belajar
Sesuai dengan prinsip pembelajaran bahwa hasil belajar adalah bentuk perubahan yang yang terjadi dari proses pembelajaran yang telah dijalani siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. Menurut Djamarah dan Zain (2002:119) bahwa suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil jika tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya sudah tercapai. Hamalik (2003:38) menyatakan:
” Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tingksh laku antara lain pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emisonal, hubungan sosial, jamani, etika, sikap dan lain-lain. Jika sesorang telah melakukan pembelajaran maka akan terjadi pada salah-satu atau beberapa aspek tingksh laku tersebut.”
Tingkat keberhasil belajar yang tercermin dari perubahan tingkah laku tersebut dapat diukur dengan beberapa cara atau teknik yang kita kenal denga teknik evaluasi antara lain Tes, Wawancawa, Pengamatan, Quesioner dll.
B. 3.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran. Secara garis besar dapat dibedakan atas dua golongan besar yaitu faktor ekstern dan faktor intern. Menurut Slameto (2003: 54) Faktor tersebut adalah:
a. Faktor Intern: terdapat tiga faktor intern yaitu:
1) Jasmani yang meliputi: kesehatan dan keadaan tubuh
2) Psikologis yang meliputi: Inteligensia, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan
3) Kelelahan yang meliputi: kelelahan fisik dan rohani
b. Faktor Ekstern : terdapat 3 faktor ekstern yaitu:
1) Keluarga yang meliputi: Cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, ekonomi keluarga, pengertian orang tua, kebudayaan.
2) Sekolah yang meliputi: metode dan pendekatan guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu, gedung, pustaka, laboraturium dan lingkungan sekolah
3) Masyarakat yang meliputi: Kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, kehidupan masyarakat
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran tersebut saling terkait satu yang lain. Semakin besar dukungan dari faktor tersebut semakin besar harapan pembelajaran berlangsung dengan efektif dan efisien. Guru sebagai faktor yang penting dalam pembelajaran diharapkan mampu mengkondisikan dan memanfaatkan faktor-faktor tersebut semaksimal mungkin. Jika guru tak mampu mengembangkan potensi diri siswa dan memanfaatkan dukungan faktor-faktor lainnya maka pembelajaran tidak akan berhasil secara optimal mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran.
B. 4.Metode Pembelajaran
Metode Pembelajaran adalah cara guru membawa siswa ke suasana pembelajaran. Berbagai metode yang kita kenal misalnya ceramah, diskusi, permodelan, belajar kelompok, demontrasi dll
B. 5.Metode Kartu Pilihan Tantangan
Metode Kartu Pilihan Tantangan adalah metode yang diciptakan agar siswa aktif dan merasa diberi rangsangan, tantangan dalam permbelajaran. Pada metode ini siswa diberi kesempatan untuk belajar secara berkelompok. Pada pembelajaran siswa juga belajar untuk percaya kepada teman yang mewakilinya dan sebaliknya utusan mempunyai rasa tanggung jawab mewakili temannya.
Langkah-Langkah pembelajaran dengan metode Kartu Pilhan Tantangan adalah:
a. Persiapan
- Siswa dikelompokkan pada kelompok kecil 4-5 orang perkelompok (kelompok heterogen)
- Siswa diberi tugas belajar kelompok di rumah/ asrama sebelum pembelajaran di kelas
- Guru menyediakan ”Kartu Pilihan Tantangan” berupa kartu yang berisi soal-soal tentang materi pembelajaran sebanyak 3-4 soal.
b. Kegiatan Inti
1) Persiapan
- Appersepsi
- Motivasi
- Guru mengkomunikasikan tata cata/ aturan main proses pembelajaran
2) Kegiatan inti pembelajaran
- Kepada Siswa diberi waktu 15 menit untuk memantapkan persiapan
- Dengan bermain angka atau undian kelompok diundi untuk mendapatkan kesempatan pertama memilih” Kartu Pilihan Tantangan”.
- Kelompok yang mendapat kesempatan pertama mengutus 2 orang anggotanya bertanya-jawab (boleh bertukar peran) tentang soal yang didapatkannya
- Dua orang siswa dari kelompok lain menjadi juri untuk memastikan kebenaran jawaban utusan tersebut.
- Masing utusan diberi waktu 5- 7 menit
- Setelah melewati waktu tersebut utusan kelompok kembali ke kelompoknya berdiskusi tentang hasilnya
- Pengundian kembali dilakukan untuk kesempatan berikutnya.
- Setiap kelompok mendapat kesempatan 2 kali tampil
3) Refleksi
- Guru dan siswa mendiskusikan tentang proses pembelajaran
- Guru memberikan perbaikan dan penguatan tentang materi pelajaran
4) Penutup
Dari langkah-langkah pembelajaran tersebut diharapkan rasa berkompetisi siswa menjadi tumbuh sehingga siswa bertabiqul khoirat untuk menguasai pelajaran seoptimal mungkin. Sardiman dalam Mustafa (2008:5) saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan pribadi atau kelompok dapat meningkatkan prestasi siswa.
Metode Pembelajaran Kartu Pilhan Tantangan sesuai dengan teori Mental State yang dikembangkan oleh J. Herbart. Menurut Hamalik (2003:37) dalam teori Mental State belajar adalah memperoleh pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk peransang-peransang dari luar. Pengalaman-pengalaman berasosiasi dan bereroduksi. Oleh sebab itu dalam pembelajaran latihan dan ulangan menyebabkan pengalaman dan pengetahuan lebih kuat tinggal dalam kesadaran.
Pemberian Stimulus kepada siswa berupa tantangan soal akan di respon oleh siswa. Hubungan Stimulus- Respons akan menimbulkan kebiasaan otomatis pada pembelajaran. Oleh sebab itu pembelajaran dalam bentuk latihan hubungan stimulus dan respon akan akan semakin kuat maka dengan demikian pengatehuan dan pemahaman siswa akan semakin kuat pada kesadaranya (Hamalik, 2003:39)
B. 6.Hipotesis
Hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah: Metode Kartu Pilihan Tantangan dapat meninghatan hasil belajar Biologi siswa di Kelas XI SMAN Plus Propinsi Riau

C. METODOLOGI PENELITIAN
C.1. Waktu, Tempat Penelitian dan Sampel
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2009 dan di laksanakan pada kelas XI MAN Plus Propinsi Riau dengan jumlah siswa 50 orang siswa.
C. 2. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Action Reseach) yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi guru dan siswa di kelas. Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah:
C.3. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Silabus Pembelajaran Biologi
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3) Kartu Pilihan Tantangan
4) Buku
5) Tes
C.4. Rencana Tindakan
Pembelajaran dengan metode Kartu Pilihan Tantangan melalui tahapan berikut ini :
Siklus I
1) Persiapan
Pada tahap persiapan langkah-langkah yang dilakukan adalah:
- Penentuan jadwal dan jam belajar
- Menentukan dasar
- Skor dasar diperoleh dari nilai ujian sebelumnya
- Membentuk kelompok-kelompok kooperartif
- Kelompok kooperatif terdiri dari 4-5 orang siswa yang bersifat heterogen
- Menyiapkan perangkat pembelajaran, antara lain: silabus, penilaian, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), Kartu Pilihan Tantangan dan buku siswa, Sumber belajar
- Memberi tugas kepada siswa pada pertemuan sebelumnya untuk mempelajari materi struktur hewan secara berkelompok
2) Pelaksanaan
a) Pembukaan
- Apersepsi
- Motivasi
- Tujuan Pembelajaran
b) Kegiatan Inti
- Memberitahu aturan main
- Memberi kesempatan siswa kembali belajar 15 menit dengan diskusi kelompok sebagai persiapan
- Dengan undian atau permainan berhitung kelompok yang terundi mengutus 2 orang anggotanya mengambil ”Kartu Pilihan Tantangan” ke depan kelas.
- Kartu Pilihan tantangan yang berupa soalan tentang materi struktur tubuh hewan diajukan dan dijawab sesama oleh utusan di depan kelas (boleh bergantian yang menjadi penanya dan penjawab)
- Dua orang siswa dari kelompok lain bertindak sebagai juri yang bertugas menyimak jawaban benar atau salah.
- Jawaban yang benar diberi nilai yang salah diberi kewajiban mengkomfirmasikan ke kelompoknya untuk mencari jawaban yang benar
- Kesempatan masing pemunculan selama 5-7 menit
c) Repleksi
- Refleksi terhadap proses pembelajaran
d) Penutup
Tes/ Ulangan Harian (Data hasil belajar)
Siclus II
a) Merefleksi Kegiatan Pembelajaran Sebelumnya (mencari kelebihan dan kekurangan siclus I
b) Persiapan Tindakan Berikut dengan rencana perbaikan
c) Pelaksanaan Tindakan
d) Refleksi
e) Penutup
Tes / Ulangan Harian (Data hasil belajar)

C.5. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAN Plus Propinsi Riau tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 50 orang dengan kemampuan akademik yang homogen
C.6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini teknik tes berupa hasil ujian harian siswa.
C.7. Teknik Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan melihat ketuntasan belajar dan hasil belajar. Hasil belajar diambil dari nilai ulangan harian dengan kategori sebagai berikut:
85- 100 : Tinggi Sekali
75- 84 : Tinggi
65- 74 : sedang
55- 64 : Kurang
< 54 : Kurang Sekali
Selanjutnya dibandingkan dengan KKM Bidang study di Sekolah untuk menentukan ketuntasan persiswa serta dicari ketuntasan klasikal dengan formula:
Jumlah Siswa yang Tuntas
NP= ----------------------------------------- x 100%
Total Siswa

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan

D.1. Hasil Penelitian
1) Deskripsi Proses Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA SMAN Plus Propinsi Riau pada Pokok Bahasan Struktur Tumbuhan untuk siklus I dan Struktur Hewan untuk siklus II di bulan Oktober 2009.
Sebelum pelaksanaan siklus I, kepada siswa diberikan kesempatan membagi diri dalam kelompok belajar yang terdiri dari 4-5 siswa perkelompok dengan anggota yang heterogen menurut rangking dan jenis kelamin siswa. Kepada siswa dikomunikasikan tentang metode pembelajaran yang akan dilaksanakan berikutnya yaitu pembelajaran dengan menggunakan “ Kartu Pilihan Tantangan”. Kepada siswa diminta persetujuannya. Dari komunikasi dengan siswa disimpulkan siswa dapat menerima dan mau melaksanakan metode yang baru pertama kali mereka dengan dan akan mereka laksanakan.

b. Siklus I
a.1. Persiapan
Pelaksanaan siklus pertama dimulai dengan memberi tugas kepada siswa secara berkelompok untuk menggali informasi secara mandiri tantang struktur tumbuhan di asrama. Kepada siswa di informasikan bahwa pada pertemuan di kelas siswa secara berkelompok akan diundi untuk mendapatkan kesempatan menjawab sejumlah pertanyaan yang telah disediakan pada “Kartu Pilihan Tantangan” yang akan melambangkan prestasi belajar mereka secara pribadi dan kelompok.
a.2. Kegiatan inti I
Kegiatan ini di mulai dengan pemberian arahan berupa kriteria penilaian prestasi dan alur pembelajaran kepada siswa. Siswa secara berkelompok diundi dengan cara menghitung. Penghitungan bisa berlaku maju atau mundur dari angka uang sebut oleh guru. Perhitungan bisa menggunakan bahasa Indonesia atau berbahasa Inggris. Setiap menyebut angka tertentu dan kalipatannya siswa harus menyebut “ Jaringan Tumbuhan”. Bagi siapa yang salah dalam dalam perhitungan maka kelompoknya diberi kesempatan mencabut “ Kartu Pilihan Tantangan (KPT)” yang dipegang guru. 2-3 orang anggota kelompok tersebut diutus kelompoknya maju untuk mencabut KPT untuk bertanya jawab tentang materi pertanyaan yang tersedia pada KPT tersebut. Kepada 2 orang siswa dari kelompok lain di tunjuk menjadi “Juri” melihat kebenaran tanya jawab tersebut. Kepada siswa yang lain juga di beri kesempatan mengomentari hasil diskusi dan pendapat “ Juri”. Kartu Pilihan Tantangan (KPT) yang tersedia adalah 2 kali banyak kelompok dalam kelas tersebut, jadi setiap kelompok mendapat 2 kali kesempatan dengan oarng yang berbeda. Pembelajaran dimulai dengan keraguan siswa maju sehingga siswa berusaha berhitung dengan hati-hati ketika dilakukan pengundian. Kelas diwarnai dengan keceriaan dan semangat memberikan dukungan kepada siswa yang mendapatkan kesempatan mencabut KPT dan bertanya jawab tentang materi pertanyaan KPT tersebut. Kegiatan ini memerlukan waktu 2 kali pertemuan ( 5 x 45 menit).
a.3. Evaluasi dan Refleksi
Evaluasi dilaksanakan setelah kesemua siswa mendapatkan kesempatan menjalani pembelajaran dengan menggunakan metode “Kartu Pilihan Tantangan”. Refleksi diberikan setelah diketahui hasil evaluasi yang diperoleh siswa. Dari pengalaman pembelajaran sebelumnya diketahui bahwa hasil pembelajaran belum optimal hal ini diperkirakan siswa belum terarah dalam mengumpulkan informasi materi pelajaran.

c. Siklus Kedua
b.1. Persiapan
Siklus kedua dimulai dengan memberi tugas kepada siswa untuk mengumpulkan informasi tentang jaringan hewan tapi untuk siklus kedua ini berbeda dengan siklus pertama. Pada siklus kedua kepada siswa diberi kesempatan belajar kelompok di asrama dan di pustaka sekolah pada jam pembelajaran selama satu kali pertemuan (2x45 menit). Sebelumnya kepada siswa dikomunikasikan “Tujuan Pembelajaran” jaringan hewan terebut.
b.2. Kegiatan Inti II
Seperti Siklus I Kegiatan ini di mulai dengan pemberian arahan berupa kriteria penilaian prestasi dan alur pembelajaran kepada siswa. Siswa secara berkelompok diundi dengan cara menghitung. Penghitungan bisa berlaku maju atau mundur dari angka uang sebut oleh guru. Perhitungan bisa menggunakan bahasa Indonesia atau berbahasa Inggris. Setiap menyebut angka tertentu dan kalipatannya siswa harus menyebut “ Jaringan Hewan”. Bagi siapa yang salah dalam dalam perhitungan maka kelompoknya diberi kesempatan mencabut “ Kartu Pilihan Tantangan (KPT)” yang dipegang guru. 2-3 orang anggota kelompok tersebut diutus kelompoknya maju untuk mencabut KPT untuk bertanya jawab tentang materi pertanyaan yang tersedia pada KPT tersebut. Kepada 2 orang siswa dari kelompok lain di tunjuk menjadi “Juri” melihat kebenaran tanya jawab tersebut. Kepada siswa yang lain juga di beri kesempatan mengomentari hasil diskusi dan pendapat “ Juri”. Kartu Pilihan Tantangan (KPT) yang tersedia adalah 2 kali banyak kelompok dalam kelas tersebut, jadi setiap kelompok mendapat 2 kali kesempatan dengan orang yang berbeda. Berbeda dengan pada siklus I Pada siklus kedua ada beberapa kelompok siswa bersedia secara sukarela mencabut undian pada kesempatan awal. Hal ini diperkirakan karena siswa telah lebih siap dibanding dengan silkus I. Kelas diwarnai dengan keceriaan dan semangat memberikan dukungan kepada siswa yang mendapatkan kesempatan mencabut KPT dan bertanya jawab tentang materi pertanyaan KPT tersebut. Setiap jawaban benar yang diberikan disambut dengan tepuk tangan oleh siswa yang lain. Kegiatan ini memerlukan waktu 2 kali pertemuan ( 5 x 45 menit), Oleh sebab itu waktu yang diperlukan pada siklus kedua lebih lama dibandingkan siklus pertama tapi ternyata lebih efektip dan lebih optimal dalam mendapatkan hasil pembelajaran.
b. 3. Evaluasi dan Refleksi
Evaluasi dilaksanakan setelah kesemua siswa mendapatkan kesempatan menjalani pembelajaran dengan menggunakan metode “Kartu Pilihan Tantangan”. Kepada siswa diberikan perhargaan berupa pujian dan motivasi agar belajar lebih baik.

D.2. Hasil Belajar
Pada bagian ini dipaparkan perbandingan nilai dasar, KKM, nilai siklus I dan nilai sikus II untuk melihat perbandingan hasil belajar dan efektivitas metode “ Kartu Pilihan Tantangan (KPT)”.


Tabel 1
Perbandingan Nilai siswa dengan KKM

No SISWA KKM BIO NILAI DASAR NILAI SIKLUS I NILAI SIKLUS II
NL KTTS NL KTTS NL KTTS
1 A AKB

















72























72


75 Tuntas 76 Tuntas 85 Tuntas
2 A RZ 72 Tuntas 83 Tuntas 88 Tuntas
3 A KRN 70 Tak Tts 73 Tuntas 88 Tuntas
4 A AGR 70 Tak Tts 73 Tuntas 87 Tuntas
5 A SQ 79 Tuntas 68 Tak Tts 88 Tuntas
6 A RHY 86 Tuntas 75 Tuntas 86 Tuntas
7 E PNM 68 Tak Tts 74 Tuntas 90 Tuntas
8 F ADS 70 Tak Tts 73 Tuntas 82 Tuntas
9 F RFD 79 Tuntas 76 Tuntas 88 Tuntas
10 FRZL 79 Tuntas 68 Tak Tts 85 Tuntas
11 FLR 60 Tak Tts 73 Tuntas 86 Tuntas
12 HFZ 79 Tuntas 73 Tuntas 91 Tuntas
13 HRN 79 Tuntas 86 Tuntas 87 Tuntas
14 HB W 75 Tuntas 67 Tak Tts 91 Tuntas
15 HDBN 60 Tak Tts 63 Tak Tts 90 Tuntas
16 IMR 68 Tak Tts 65 Tak Tts 90 Tuntas
17 I MDS 70 Tak Tts 76 Tuntas 93 Tuntas
18 J D K 72 Tuntas 64 Tak Tts 84 Tuntas
19 KHR 75 Tuntas 73 Tuntas 85 Tuntas
20 KH FL 75 Tuntas 74 Tuntas 90 Tuntas
21 M KH 72 Tuntas 69 Tak Tts 84 Tuntas
22 MF A 79 Tuntas 68 Tak Tts 89 Tuntas
23 M RD 79 Tuntas 74 Tuntas 90 Tuntas
24 M A N 70 Tak Tts 72 Tuntas 88 Tuntas
25 M RZF 75 Tuntas 80 Tuntas 92 Tuntas
26 M IDH 75 Tuntas 87 Tuntas 90 Tuntas
27 M IQB 79 Tuntas 76 Tuntas 86 Tuntas
28 M RDW 68 Tak Tts 68 Tak Tts 90 Tuntas
29 M HBB 68 Tak Tts 75 Tuntas 86 Tuntas
30 MTMN 75 Tuntas 69 Tak Tts 90 Tuntas
31 N FJR 75 Tuntas 76 Tuntas 90 Tuntas
32 NGRH 79 Tuntas 65 Tak Tts 93 Tuntas
33 PNJ 60 Tak Tts 74 Tuntas 95 Tuntas
34 PLN 72 Tuntas 64 Tak Tts 90 Tuntas
35 PR LN 68 Tak Tts 74 Tuntas 90 Tuntas
36 PTR 79 Tuntas 70 Tak Tts 91 Tuntas
37 PR AYD 83 Tuntas 73 Tuntas 84 Tuntas
38 P LBS 72 Tuntas 69 Tak Tts 86 Tuntas
39 RHN R 79 Tuntas 73 Tuntas 84 Tuntas
40 RBH 79 Tuntas 82 Tuntas 81 Tuntas
41 M RBN 70 Tak Tts 74 Tuntas 92 Tuntas
42 RK 75 Tuntas 69 Tak Tts 95 Tuntas
43 RN 72 Tuntas 72 Tuntas 95 Tuntas
44 RN G 60 Tak Tts 75 Tuntas 85 Tuntas
45 RZL 72 Tuntas 68 Tak Tts 84 Tuntas
46 TR HD 70 Tak Tts 83 Tuntas 83 Tuntas
47 WWL 68 Tak Tts 86 Tuntas 93 Tuntas
48 WRD J 86 Tuntas 74 Tuntas 95 Tuntas
49 YLN 75 Tuntas 80 Tuntas 83 Tuntas
50 YZ MZ 72 Tuntas 82 Tuntas 85 Tuntas
Rerata/Ketuntasan (%) 73,2 66 % 73,2 68 % 88,9 100 %

Berdasarkan paparan hasil penelitian pada tabel di atas terjadi dinamika pada hasil belajar. Kalau kita perhatikan perkembangan ketuntasan dan perkembangan nilai siswa antara pra tindakan dengan siklus I tindakan mendapatkan hasil yang tak memuaskan ini terlihat dari tidak terjadinya pertambahan hasil belajar secara umum, walaupun terjadi peningkatan prosentase ketuntasan sebanyak dua persen (2%) atau bertambahnya ketuntasan 1 orang dari sebelumnya tindakan namun tidak dibarengi oleh peningkatan hasil belajar. Bahkan 22 orang siswa diantaranya justru mengalami penurunan nilai. Melalui wawancara dengan siswa diketahui siswa masih ragu-ragu atau tidak fokus ketika menggali informasi ketika diberikan penugasan secara berkelompok untuk menggali informasi tentang materi pembelajaran. Dari fakta tersebut dibuat perbaikan untuk pembelajaran siklus II. Siklus kedua dimulai dengan memberi arahan kepada siswa dengan cara mengkomunikasikan tujuan pembelajaran kepada siswa dan selanjutnya kepada mereka diberikan kesempatan untuk menggali informasi materi pelajaran satu kali pertemuan di Pustaka Sekolah dengan pengawaan guru. Setelah menggali informasi materi pelajaran di pustaka maka kepada siswa diberikan tindakan seperti siklus pertama berupa pengundian dan bertanya jawab. Dari hasil ulangan harian diketahui terjadi peningkatan hasil belajar secara signifikana dari rata-rata 72 pada siklus I menjadi 88,9 pada siklus II dengan ketuntasan belajar menjadi 100%.
D.3. Analisa Data dan Pembahasan

Berdasarkan paparan data nilai siswa dapat kita kategorikan nilai siswa sebagai berikut:

Tabel 2
Kategori nilai dasar
No Kategori Nomor Kode Siswa Jumlah Prosentase
1 Kurang 11, 15, 33, 44 4 orang 8 %
2 Sedang 2, 3, 4, 7, 8, 16, 17, 18, 21, 24, 28, 29, 34, 35, 38, 41, 43, 45, 46, 47, 50 21 orang 42 %
3 Tinggi 1, 5, 9, 10, 12, 13, 14, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 27, 30, 31, 32, 36, 37, 39, 40, 42, 49 23 orang 46 %
4 Sangat tinggi 6, 48 2 4 %

Jika di bandingkan dengan KKM mata pelajaran Biologi di SMAN Plus Propinsi Riau yakni 72 maka dapat diketahui tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah
Tabel 3
No Ketuntasan Nomor Kode siswa Jumlah Prosen
tase
1 Tak Tuntas
(nilai di bawah 72) 3, 4, 7, 8, 11, 15, 16, 17, 24, 28, 29, 33, 35, 41, 44, 46, 47 17 0rang 34 %
2 Tuntas
(nilai 72 atau lebih) 1, 2, 5, 6, 9, 10, 12, 13, 14, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 30, 31, 32, 34, 36, 37, 38, 39, 40, 42, 43, 45, 48, 49, 50 33 orang 66 %



Berdasarkan data di atas dapat kita simpulkan bahwa nilai siswa belum memuaskan baik dari kategori nilai siswa maupun tingkat ketuntasan siswa secara klasikal. Berdasarkan gejala tersebut maka guru bidang study mencoba memperbaikinya dengan perlakuan tindakan yang telah diterangkan di atas. Setelah melewati proses tindakan (sikus I) maka didapat nilai seperti data berikut:
Tabel 3
No Kategori Nomor Kode Siswa Jumlah Prosentase
1 Kurang 15, 18 2 orang 4 %
2 Sedang 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 28, 30, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 45, 48 31 orang 62 %
3 Tinggi 1, 2, 6, 9, 17, 25, 27, 29, 31, 40, 44, 46, 49,50 14 orang 28 %
4 Sangat tinggi 13, 26, 47 3 6 %

Jika di bandingkan dengan KKM mata pelajaran Biologi di SMAN Plus Propinsi Riau yakni 72 maka dapat diketahui tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah
Tabel 4
No Ketuntasan Nomor Kode siswa Jumlah Prosen
tase
1 Tak Tuntas
(nilai di bawah 72) 5, 10, 14, 15, 16, 18, 21, 22, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 42, 45 16 0rang 32 %
2 Tuntas
(nilai 72 atau lebih) 1, 2, 3,4, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 17, 19, 20, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 31, 35, 37, 39, 40, 41, 43, 44, 46, 47, 48, 49, 50 34 orang 68 %

Berdasarkan perbandingan antara nilai dasar dengan ulangan siklus pertama dikatehui tidak terdapat peningkatan yang signifikan pada hasil belajar siswa. Kalau dilihat dari kategori nilai terjadi perubahan jumlah nilai kategori kurang dari sebelumnya 4 orang (8%) menjadi 2 orang (4%), kategori sedang dari 21 orang (42%) menjadi 31 orang (62%) hal ini terjadi karena menurunnya prosentase nilai kategori tinggi dari sebelumnya 23 orang (46%) menjadi 14 orang (28%), Sedang kategori sangat tinggi meningkat dari 2 orang (4 %) menjadi 3 orang (6%). Ketuntasan meningkat dari 33 orang (66%) menjadi 34 orang (68%). Perubahan nilai siswa tersebut dapat kita lihat melalui tabel berikut
Tabel 5
No Arah Perubahan Nilai Nomor Kode Siswa Jumlah Prosen
tase

1 Nilai Naik 1, 2, 3, 4, 7, 8, 11, 13, 17, 24, 25, 26, 29, 31, 33, 35, 40, 41, 44, 46, 47, 49, 50 24 orang 48%
2 Nilai Turun 5, 6, 9, 10, 12, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 27, 29, 32, 34, 36, 37, 38, 39, 42, 45, 48 24 orang 48 %
3 Tetap 28, 45 2 orang 4 %



Setelah melalui pembelajaran siklus ke 2 maka hasil belajar siswa meningkat dengan sangat sigifikan dimana 9 orang siswa (18%) meraih hasil belajar dengan kategori tinggi dan 41 (42%) siswa meraih hasil belajar dengan kategori sangat tinggi. Untuk lebih jelas bisa terlihat pada tabel berikut

Tabel 6
No Kategori Nomor Kode Siswa Jumlah Prosen
tase
1 Tinggi 1, 8, 17, 18, 21, 44, 45, 49, 50 9 orang 18%
2 Sangat Tinggi 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 13, 14, 15, 16, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31,32, 33, 34, 35,36,37, 38, 39,40, 42, 43, 46, 47, 48 41 82%

Berdasarkan paparan data yang mengungkapkan hasil belajar belajar pada siklus I di atas terdapat ganjalan antara harapan dengan kenyataan. Seperti yang terlihat pada tabel 1 s/d tabel 5 perubahan nilai yang terjadi pada siswa tidak berubah secara signifikans artinya perlakuan berupa Kartu Pilihan Tantangan yang diberikan kepada siswa tidak mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.
Melalui wawancara yang di lakukan dengan siswa dapat diketahui bahwa siswa merasa grogi dan bingung dalam menggali materi yang akan ditanyakan. Hal ini berarti dalam memberikan penugasan siswa belum bisa dilepaskan sepenuhnya. Hal ini sesuai dengan pandangan Hamalik bahwa Sehubungan dengan tugas yang harus dilakukan siswa maka siswa perlu diberitahu tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. Hal ini akan mengarahkan siswa untuk berperan dalam kegiatan pembelajaran dengan baik (2003:85).
Sesuai data tabel 6 tentang hasil belajar siklus II dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan Kartu Pilihan Tantangan dengan memberikan informasi tantang tujuan pembelajaran sebelumnya serta memberikan kesempatan siswa belajar di pustaka secara berkelompok dengan pengawasan guru akan memberikan perubahan hasil belajar yang sangat signifikan. Hal ini terjadi karena siswa telah memiliki kesiapan dan arah dalam pemebelajaran sehingga siswa siap berkompentisi dalam menerima tantangan seperti yang dimaksudkan oleh pembelajaran Kartu Pilihan Tantangan.
Pembelajaran dengan tantangan akan memberikan siswa kesempatan belajar dengan aktiv. Siswa aktiv mencapai tujuan pembelajaran dengan kegiatan, bahan dan alat yang disepakati oleh siswa dan guru dalam mencapai hasil yang maksimal. Dimyati, dan Mudjiono menyatakan :
Apabila guru menginginkan siswa selalu berusaha mencapai tujuan, maka guru harus memberikan tantangan pada siswa dalam kegiatan pembelajarannya. Tantangan dalam kegiatan pembelajaran dapat di wujudkan oleh guru dalam bentuk kegiatan, bahan dan alat pembelajaran yang dipilih untuk kegiatan pembelajaran (2002:64)

Pembelajaran dengan Kartu Pilihan Tantangan akan memberikan latihan dan ulangan terhadap materi pelajaran dan ini akan berpengaruh baik pada hasil belajar siswa. Hamalik menyatakan makin banyak latihan dan ulangan dalam proses belajar mengajar makan akan lebih banyak dan makin lama pengetahuan dan pengalaman tinggal dalam kesadaran dan ingatan seseorang. (2003:37). Selanjutnya beliau menyatakan bahwa Persaingan merupakan salah satu faktor pembangkit motivasi siswa. Sedangkan motivasi mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan pembelajaran (2003: 167)
Berdasarkan teori dan pemaparan data dapat kita simpulkan bahwa pembelajaran dengan Kartu Pilihan Tantangan dengan terlebih dahulu memberikan siswa informasi tentang tujuan pembelajaran serta kerja kelompok dengan adanya pengawasan guru akan memberikan hasil belajar yang baik dan perlu dikembangkan lebih lanjut.
E. Kesimpulan dan Saran
E.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dan teori-teori pendidikan dan data di atas dapat disimpulkan:
1). Guru mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pembelajaran
2). Guru harus mengoptimalkan seluruh sumber belajar untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien
3). Pembelajaran yang efektif dan bermakna adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif secara jasmani dan rohani
4). Kartu Pilihan Tantangan adalah cara belajar yang mampu memberikan sumbangsih yang besar sabagai sumber belajar siswa khususnya pada pembelajaran biologi



E.2. Saran
Berdasarkan uraian di atas dan kesimpulan kami sarankan:
1). Kepada guru biologi untuk melakukan inovasi pada metode dan sumber belajar biologi di sekolah
2). Kepada guru biologi dan peneliti diharapkan untuk mengembangkan penelitian tentang berbagai metode, pendekatan atau model belajar yang mampu mengaktifkan dan mengembangkan pengetahuan biologi siswa


Daftar Pustaka
Dimyati., Mudjiono (2002) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta
Djamarah S. B,. Zain, A (2002) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta
Dirjen Dikdasmen (2003) Kurikulum 2004 SMA. Jakarta. Depdiknas
Hamalik, O. (2003) Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara
__________ (2003) Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara
Huriati (2009) Model Jantung Elektrik Sebagai Alat Peraga Inovatif Dalam Pembelajaran peredaran Darah pada Manusia. PTK. SMPN 1 Bangkinang
Makmun, A. S (2004) Psikologi Pendidikan. Bandung. Rosda
Mustafa M. N (2008) Peningkatan Motivasi Belajar siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IX.1 Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Group Competition di SMP Negeri 2 Pekanbaru. Jurnal Bahas. Lab. Bahasa dan Sastra FKIP UNRI. Pekanbaru
PGRI (2006) Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Guru dan Dosen. PGRI. Jakarta
Slameto (2003) Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta

Profil Kemampuan Generik Awal Calon Guru dalam Membuat Perencanaan pada Praktikum Fisiologi Tumbuhan

ABSTRACT
Telah dilakukan studi deskriptif analisis tentang profil kemampuan generik  awal  calon guru dalam merencanakan percobaan pada praktikum fisiologi tumbuhan.  Subyek penelitian meliputi 28  mahasiswa calon guru biologi LPTK pada awal semester lima yang mengambil praktikum fisiologi tumbuhan. Instrumen yang digunakan berupa format isian tentang perencanaan percobaan yang telah divalidasi.  Manfaat penelitian antara lain sebagai landasan untuk membuat program pembelajaran praktikum yang mengembangkan kemampuan generik .  Dari penelitian ditemukan bahwa profil kemampuan generik awal mahasiswa calon guru dalam merencanakan percobaan meliputi profil kemampuan generik pemodelan tergolong rendah (54,0), inferensi logika rendah ( 40,7 ), dan sebab akibat rendah (45). Dengan demikian, secara umum, pada saat praktikum fisiologi tumbuhan akan dilaksanakan, mahasiswa telah memiliki kemampuan generik merencanakan praktikum, namun masih tergolong rendah (rerata = 46,3) sehingga perlu ditingkatkan melalui latihan. 
A.   PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah 
Kemampuan merencanakan percobaan atau kemampuan merencanakan praktikum penting dimiliki oleh mahasiswa calon guru IPA sebagai bekal mereka kelak dalam mengelola laboratorium di sekolah tempat tugasnya.  Kemampuan ini tidak sekonyong-konyong muncul dalam diri mahasiswa  tetapi  perlu proses pembelajaran yakni melalui pembelajaran praktikum.
Praktikum  tidak lain dari kegiatan praktik  baik dilakukan di laboratorium maupun di luar laboratorium yang antara lain ditujukan untuk menunjang pembelajaran teori.  Dalam biologi, seperti fisiologi tumbuhan, praktikum atau kegiatan laboratorium merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar. Hal ini menunjukkan  betapa pentingnya peranan kegiatan praktikum dalam pendidikan Biologi.
Untuk mampu merencanakan praktikum perlu komponen-komponen kemampuan generik seperti penentuan variabel, perumusan masalah, perancangan pemecahan masalah, dan hal-hal lain yang melandasinya.
Kemampuan generik  merupakan kemampuan dasar yang perlu dimiliki calon guru.  Kemampuan generik dikenal pula dengan sebutan  kemampuan  kunci, atau kemampuan inti (core ability). Kemampuan generik ada yang secara spesifik berhubungan dengan pekerjaan seperti kemampuan menggunakan alat tertentu, ada yang  relevan dengan aspek sosial seperti kemampuan berkomunikasi misalnya (Gibb, 2002).
Belum ditemukan penelitian yang spesifik tentang kemampuan generik  khususnya yang berkaitan dengan praktikum,  walaupun di dalam praktikum itu sendiri  banyak terkait  kemampuan generik. Kemampuan generik dapat dikatakan sebagai hal “baru” yang belum banyak dikembangkan atau diklasifikasi para ahli. Sebagai contoh hingga saat ini para ahli belum ada yang merumuskan secara rinci dan lengkap tentang kemampuan-kemampuan generik, khususnya dalam bidang biologi. Yang ada adalah pada materi kimia dan fisika (  Moerwani, dkk.,2001; Brotosiswoyo, 2001). Hal ini merupakan suatu tantangan bagi para ilmuwan biologi guna upaya pengembangannya.
Kemampuan generik seyogianya telah dimiliki oleh para mahasiswa calon guru dari pengalaman-pengalaman belajar yang telah dijalaninya, namun tinggi rendahnya penguasaan akan dipengaruhi oleh banyak tidaknya pengalaman yang diperoleh dan bagaimana profilnya khususnya dalam perencanaan praktikum merupakan pertanyaan yang perlu diteliti untuk memperoleh jawabannya. 
Mengingat dipandang pentingnya kemampuan generik dalam perencanaan praktikum,  maka melalui penelitian ini dilakukan penjaringan pada kemampuan generik yang dimiliki mahasiswa sebagai informasi awal untuk pengembangan pada praktikum fisiologi tumbuhan yang akan dilaksanakan. Kemampuan generik yang dijaring ini tentunya sebagi hasil bentukan dari pengalaman-pengalaman belajar sebelumnya seperti praktikum bioumum, pengetahuan lingkungan, biokimia di LPTK, atau pembelajaran yang lainnya. Dipilihnya praktikum fisiologi tumbuhan sebagai materi yang di teskan dan materi yang akan dikembangkan antara lain mengingat materi ini dipandang relative kaya dengan kemampuan generik karena materi praktikumnya memiliki variabel yang relatif mudah diubah-ubah jadi memiliki sifat eksperimental. 
Sehubungan dengan hal di atas, perlu dicari atau digali kemampuan-kemampuan generik yang ada dalam perencanaan praktikum, guna dijadikan landasan sebagai suatu aspek yang dapat dilatihkan untuk kepentingan  pendidikan, khususnya dalam pendidikan biologi. Seberapa jauh pembelajaran praktikum dapat  mengembangkan kemampuan generik pada mahasiswa  merupakan hal yang perlu diketahui guna perbaikan dan pengembangan praktikum di masa mendatang. Pengembangan kemampuan generik tidak terlepas dari pengembangan kemampuan berpikir dan strategi kognitif peserta didik (Gibb, 2002). 
2.      Rumusan Masalah dan Pertanyaan Masalah 
a.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. Bagaimana profil kemampuan generik awal calon guru dalam merencanakan percobaan pada praktikum fisiologi tumbuhan?
b.      Pertanyaan Masalah
Dari rumusan masalah di atas, pertanyaan masalahnya sebagai berikut.
1)      Kemampuan generik apa  saja yang dapat digali dari perencanaan percobaan pada praktikum fisiologi tumbuhan?
2)      Bagaimana profil kemampuan generik awal calon guru dalam merencanakan  percobaan pada praktikum fisiologi tumbuhan?
3.      Tujuan Penelitian 
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang  profil kemampuan generik awal calon guru dalam merencanakan percobaan pada praktikum fisiologi tumbuhan.  
4.      Manfaat Penelitian
a.      Sebagai evaluasi awal terhadap kemampuan generik calon guru,  guna upaya peningkatan pada praktikum-praktikum yang akan dilakukan.
b.      Menggali ragam kemampuan generik  guna memperkaya ilmu pengetahuan yang dapat dilatihkan pada mahasiswa  dan untuk diteliti lebih lanjut. 
B.    Perlunya Kemampuan Generik dalam Perencanan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Bagi Calon Guru
1.      Perlunya Kemampuan Perencanaan Praktikum Dimiliki Calon Guru 
Peningkatan kualitas pendidikan, dimulai dari upaya mempersipkan calon guru di perguruan tinggi. Kualitas guru pertama-tama ditentukan oleh pendidikan calon guru di LPTK. Semakin baik pembelajaran di LPTK semakin baik lulusannya dan berpeluang pada peningkatan kualitas pendidikan di persekolahan (Jalal dan Supriadi, 2001:245). 
            Rousseau (Ibrahim & Sukmadinata, 1993: 10) Menyatakan bahwa peserta didik memiliki potensi atau kemampuan yang terpendam , antara lain berupa potensi berpikir, berkemauan, berperasaan, keterampilan, mencari dan menemukan sendiri apa yang diperlukannya. Tugas guru atau dosen antara lain adalah menyediakan faslitas belajar yang menarik  sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, mengundang mereka untuk berpikir, dan memberi motivasi serta bimbingan sesuai kebutuhannya, baik dalam pembelajaran teori maupun pembelajran praktikum.  Hal ini berimplikasi pula bahwa sangatlah memungkinkan dilakukan tes awal pada kemampuan generik mahasiswa tentang kemampuan perencanaan praktikum, karena pada dasanya tes ini berorientasi untuk mengungkap strategi berpikir mahasiswa yang telah dimiliki namun mungkin masih terpendam. 
Praktikum adalah suatu kegiatan praktek, baik yang dilakukan di lab maupun di luar lab seperti di kelas atau di alam terbuka, berkaitan dengan  suatu bidang ilmu tertentu yang antara lain ditujukan untuk menunjang pembelajara teori. Praktikum  antara lain dapat berupa kegiatan observasi, klasifikasi, klarifikasi, uji coba, penelitian dan sebagainya. Untuk terlaksananya kegiatan praktikum diperlukan perencanaan yang matang.
Untuk membuat rencana praktikum dapat diorganisir dalam suatu lembar kerja. Lembar kerja dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Lembar kerja atau sering disebut lembar kerja siswa (LKS) dapat berfungsi untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatn belajar mengajar dan membantu sisa dalam memperoleh dan mengembangkan konsep atau perinsip (Semiawan, 1989:35).
            Kemampuan untuk merencanakan praktikum merupakan suatu unsur  yang penting dalam kegiatan ilmiah. Setelah melihat suatu pola atu hubungan dari pengamatan-pengamatan yang dilakukan, perlu kesimpulan sementara atau hipotesis yang dirumuskan itu diuji. Untuk ini diperlukan kemampuan untuk merencanakan suatu percobaan , yang meliputi kemampuan untuk menentukan alat-alat  dan bahan-bahan yang akan digunakan, menentukan variabel-variabel, menentukan yang mana dia antara variabel itu yang harus dibuat tetap, dan yang mana yang berubah. Selanjutnya menentukan cara dan langkah kerja, bagaimana mengolah hasil-hasil pengamatan untuk mengambil kesimpulan, merupakan kegiatan-kegiatan yag perlu dilatihkan sejak  pendidikan dasar (Dahar, 1985:105). 
            Dalam perencanaan praktikum terlibat pula penerapan konsep, penggunaan alat dan bahan, pengamatan, dan penapsiran hasil pengamatan. Penerapan konsep merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru untuk memperjelas apa yang sedang terjadi, merupakan tujuan pendidikan sains yang penting. 
            Melakukan percobaan dalam sains membutuhkan alat dan bahan. Berhasilnya suatu percobaan atau eksperimen kerap kali tergantung pada kemampuan memilih dan menggunakan alat yang tepat secara efektif . Pengalaman menggunakan alat dan bahan merupakan pengalaman konkret  yang dibutuhkan anak untuk menerima gagasan-gagasan baru. Tidak diharapkan, bahwa alat yang digunakan merupakan alat-alat laboratorium yang harus dibeli, cukup digunakan alat-alat sederhana yang dapat dibuat oleh guru, dan bahan yang ada. Alam sekitar merupakan laboratorium yang tak terduga nilainya (Warren, 1978, dalam Dahar, 1985:104).
2.      Kemampuan Generik dalam Perencanaan Praktikum Fisiologi Tumbuhan
Fisiologi Tumbuhan adalah salah satu cabang biologi yang mengkaji  proses-proses faal pada tumbuhan, baik yang terjadi pada sel, jaringan, organ, maupun tubuh secara keseluruhan. Fisiologi Tumbuhan merupakan bagian dari sains Biologi. Sedangkan sains itu sendiri merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah yang meliputi penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan (Depdikbud, 1994:1). Pembelajaran Fisiologi Tumbuhan meliputi pembelajaran teori dan pembelajaran praktik atau praktikum. Keberadaan praktikum sangatlah diperlukan guna memperjelas hal-hal yang abstrak dari teori, dan untuk dapat melakukan praktikum tersebut  diperlukan kemampuan generik.
 Keterampilan atau Kemampuan generik dikenal pula dengan sebutan  kemampuan kunci, kemampuan inti (core skill /core ability), kemampuan  esensial, dan kemampuan dasar. Kemampuan generik ada yang secara spesifik berhubungan dengan pekerjaan, ada yang  relevan dengan aspek sosial. Keterampilan generik antara lain meliputi keterampilan: komunikasi, kerja tim, pemecahan masalah, inisiatif dan usaha (initiative and enterprise), merencanakan dan mengorganisasi, menajemen diri, keterampilan belajar, dan keterampilan teknologi. Hal yang berkaitan dengan atribut personal meliputi: loyalitas, komitmen, jujur, integritas, antusias, dapat dipercaya, sikap simbang terhadap pekerjaan dan kehidupan rumah, motivasi, presentasi personal, akal sehat, penghargaan positif, rasa humor, kemampuan mengatasi tekanan, dan kemampuan adaptasi (Gibb, 2002).
            Keterampilan atau kemampuan generik merupakan keterampilan yang dapat diterapkan pada beragam bidang studi dan untuk memperolehnya diperlukan waktu yang relatif lama (Drury, 1997). Keterampilan generik adalah apa yang diacu Gagne sebagai “ strategi-strategi kognitif” dan apa yang disebut sebagai “pengetahuan yang tidak tergantung pada domain.” Jenis-jenis utama dari keterampilan generik adalah keterampilan berpikir (seperti teknik memecahkan masalah), strategi pembelajaran (seperti membuat mnemonik untuk membantu mengingat sesuatu), dan keterampilan metakognitif (seperti memonitor dan merevisi teknik memecahkan masalah atau teknik membuat mnemonik) (Gibb, 2002).
            Sedikitnya ada tiga bagian utama keterampilan generik. Komponen yang paling lazim adalah prosedur, prinsip, dan memorasi atau mengingat. Prosedur yaitu seperangkat langkah yang digunakan untuk melakukan keterampilan. Prinsip yaitu berkenaan dengan kemampuan memahami dan menerapkan konsep-konsep tertentu untuk menuntun kapan dan bagaimana suatu langkah atau prosedur (pendekatan) dilakukan. Memorasi yaitu mengingat urutan langkah-langkah.    
Careers Advisory Board The University of Western Australia  tahun 1996 (Gibb, 2002),  mengemukakan bahwa perkuliahan-perkuliahan pada umumnya tidak mengembangkan kemampuan-kemampuan generik  secara maksimal. Keterampilan generik yang dimaksud meliputi kemampuan: Komunikasi oral, komunikasi melalaui tulisan, belajar keterampilan dan prosedur baru, bekerja dalam kelompok, membuat keputusan., memecahkan masalah, mengadaptasikan pengetahuan pada situasi baru, bekerja dengan pengawasan minimum, memahami implikasi-implikasi etika dan sosial/budaya keputusan, pertanyaan yang menerima kebijakan, membuka ide-ide dan kemungkinan-kemungkinan baru, berpikir dan beralasan logis, berpikir kreatif, analisis, dan membuat keputusan yang matang dan bertanggung jawab secara moral, sosial dan praktis..
Dalam buku Pekerti- MIPA yang ditulis oleh Tim Penulis Pekerti Bidang MIPA (2001),  telah dirumuskan keterampilan generik dalam bidang  Fisika dan Kimia, namun belum  ada rincian dalam bidang biologi. Keterampilan generik dalam bidang fisika meliputi: a) Pengamatan tak langsung, b) Pengamatan langsung, c) “Bahasa”  simbolik, d) Kerangka logika taat azas (logical self consistency) dari hokum alam, e) Inferensi logika, f) Hukum sebab akibat (causality),  g) Pemodelan matematik, dan h) Membangun konsep. Adapun keterampilan generik dalam bidang kimia  meliputi: a) Pengamatan langsung, b) pengamatan tak langsung, c) pengamatan tentang skala, d) bahasa simbolik, e) logical frame,  e) konsistensi logis, f) Hukum sebab akibat, g) pemodelan, h) logical inference, dan i) Abstraksi. 
Dalam kaitan dengan perencanaan percobaan, khususnya percobaan  dalam praktikum fisiologi tumbuhan, kemampuan-kemampuan generik tersebut di atas merupakan objek penelitian yang akan dicari  keterlibatannya. Banyak tidaknya kemampuan generik  yang terlibat  sangat tergantung pada:  apa materi praktikumnya, dan hal-hal apa saja yang dimunculkan dalam perencanaan percobaan atau praktikum tersebut, seperti judul, variable, tujuan, masalah, pertanyaan masalah, konsep, prinsip, hipotesis, dan prosedur praktikum. Kemampuan  generic tersebut dapat dinilai dalam konteks tugas ‘kerja keseluruhan’ atau  dalam unit-unit kompetensi yang terpisah (Gibb, 2002).
C.   Metode Penelitian
1.      Definisi Operasional  
Untuk menjaring kemampuan membuat rencana percobaan, dibuat  lembar kerja perencanaan percobaan atau lembar kerja perencanaan praktikum yang berupa lembar isian tentang: judul, variabel, tujuan, masalah, pertanyaan masalah, prinsip, konsep, hipotesis, alat dan bahan, serta prosedur praktikum. Adapun praktikum yang digunakan adalah praktikum fisiologi tumbuhan.  
Kemampuan generik yang ada dalam perencanaan praktikum tersebut dianalisis dan dikelompokkan sesuai kategori kemampuan generik dalam bidang kimia  (lihat teori) atau dengan sedikit penyesuaian. Hal ini dilakukan mengingat dalam bidang biologi belum ada rincian tentang kemampuan generik tersebut. Kemampuan merencanakan percobaan dari setiap individu dinilai pada skala seratus kemudian untuk  nilai kelas diambil reratanya. 
2.                  Metode Penelitian
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. 
3.      Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Biologi semester 5 yang mengambil mata kuliah praktikum Fisiologi Tumbuhan di LPTK.    Jumlah Subyek penelitian adalah sebanyak  28 mahasiswa.
4.      Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa tes kemampuan generiik perencanaan praktikum, berupa tes isian. Tes ini telah diuji coba dan memiliki validitas tinggi ( r =  0,67 ), dan reliabilitas tingi ( α  =0,76 )
 
5.      Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kemampuan generik  perencanaan praktikum untuk UTS dan UAS. Berdasarkan karakteristik materinya, dan karakteristik unsur-unsur dalam perencanaan percobaan (seperti judul, variable, tujuan, dan seterusnya) dilakukan analisis dan dikelompokkan  kemampuan generiknya (sesuai karakteristik kemampuan generik dalam kimia).    Kemampuan generik tiap individu dalam kelas dinilai dan dicari nilai terendahnya, nilai tertingginya, dan dihitung reratanya, serta standar deviasinya.  Selanjutnya data tersebut dikelompokkan atas kategori rendah, sedang, dan tingi. Rendah < 60, sedang: antra 60 – 80, dan tinggi: > 80. Di samping itu  dibuat pula grafiknya.      
D.   Hasil Penelitian dan Pembahasan
1.      Hasil  Penelitian
Data kemampuan generik awal pada perencanan praktikum fisiologi mahasiswa calon guru dapat dilihat pada tabel 4.1
Kemampuan generik yang dapat dijaring dari kemampuan merencanakan praktikum fisiologi tumbuhan meliputi pemodelan, inferensi logika, dan sebab akibat. Adapun nilai rerata kemampuan generik yang diperoleh adalah sebagai berikut: pemodelan tergolong rendah (54,0), inferensi logika tergolong rendah  (40,7), sebab akibat tergolong rendah (45,0), dan secara keseluruhan kemampuan generik merencanakan praktikum mahasiswa tergolong rendah  (46,3). Namun demikian, ternyata secara individu diantara mereka ada yang memiki memampuan generik yang tergolong sedang (seperti pada pemodelan = 70 dan inferensi logika = 67) dan tergolong tinggi  (seperti pada sebab akibat = 94).
Tabel  4.1   Data Profil Kemampuan Generik Awal Calon Guru dalam  Merencanakan Percobaan pada Praktikum Fisiologi Tumbuhan
  
Kelas
 
Sta
Tistik
 
N = 28
Perencanaan  Praktikum
 


Pemodelan
Inferensi
Logika
Sebab
Akibat
     Nilai
 
Praktikum Fisiologi Tumbuhan 
 _
 X
54
40,7
45
46,3

 
SD
12
15,5
16
9,2

 
Min
20
6
22
29

 
Mak
70
67
94
69
 
44.  Pembahasan 
Untuk memudahkan dalam pembahasan, hasil-hasil penelitian dalam tabel 4.1 di atas  dapat diamati pada grafik  4.1.
 
Grafik  4.1   Profil Kemampuan Generik Awal Calon Guru dalam Merencanakan Praktikum Fisiologi Tumbuhan  
Berdasarkan hasil penelitian seperti tampak pada grafik 4.1 dapat dikemukakan bahwa mahasiswa calon guru telah memiliki kemampuan generik dalam merencanakan praktikum sebelum praktikum fisiologi tumbuhan dilaksanakan, meskipun rerata nilainya tergolong rendah (46,3). Kemampuan merencanakan praktikum ini kemungkinan besar tumbuh sebagai akibat terbiasanya mahasiswa melaksanakan praktikum dan membuat laporan praktikum pada mata praktikum-mata praktikum sebelumnya seperti praktikum: biologi umum, pengethuan lingkungan, dan biokimia. Kemampuan merencanakan percobaan atau merencanakan paktikum itu sendiri pada praktikum-praktikum tersebut tidak dilatihkan. Namun kemampuan mereka kemungkinan tumbuh pada cara berpikirnya.
a.      Pemodelan
Pemodelan merupakan kemampuan generik yang nilainya dapat dicapai paling tinggi (54,0) oleh mahasiswa di banding inferensi logika dan sebab akibat, meskipun masih tergolong rendah.  Kemampuan generik ini meliputi membuat tabulasi dan spesifikasi alat dan bahan serta membuat prosedur  praktikum dalam bentuk diagram  panah  dilengkapi gambar  dan  label. 
Dalam hal membuat tabulasi dan spesifikasi alat dan bahan, mahasiswa dituntut  memiliki strategi kognitif  pada aspek perumusan tabel yang cocok untuk memenuhi keperluan. Disamping itu juga mahasiswa dihadapkan pada bagaimana macam dan bentuk alat  dan bahan yang diperlukan, spesifikasi alat serta jumlah yang tepat  untuk tiap-tiap alat dan bahan yang diperlukan oleh tiap kelompok  dari jumlah praktikan yang ditentukan. 
Dalam hal membuat prosedur  praktikum dalam bentuk diagram  panah  dilengkapi gambar  dan  label, mahasiswa dituntut  memiliki strategi kognitif  pada aspek  bagaimana bentuk alat dan bahan yang digunakan,  bagaimana alat dirangkai , bagaimana cara kerja alat, bagaimana  menterjemahkan prosedur  praktikum  ke dalam bentuk  gambar , diagram panah, dan label.           
Kekurangan mahasiswa pada kemampuan generik pemodelan ini pada umumnya terletak pada penentuan spesifikasi, penentuan kebutuhan jumlah alat dan bahan per kelompok, dan pada ketidak lengkapan dari tabel itu sendiri.
Di samping itu, umumnya mahasiswa lebih mampu  menyusun prosdur praktikum dalam bentuk  digram alir  kata-kata  dari pada dalam bentuk  gambar,   panah, dan label.  Jadi strategi kognitif  mahasiswa dalam aspek-aspek ini  perlu dilatih. Di samping itu mahasiswa juga kurang dalam memahami buku panduan praktikum.   
b.      Inferensi Logika
Inferensi logika merupakan kemampuan generik yang nilainya dapat dicapai mahasiswa pada kategori rendah (40,7).  Kemampuan generik ini meliputi kemampuan menggali prinsip dan konsep yang melandasi praktikum.  Dalam menggali prinsip, mahasiswa  dihadapkan pada pemikiran tentang bagaimana prinsip kerja alat  dan bagaimana prinsip kerja dari percobaan, disamping itu juga perlu pemahaman yang komprehensif tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan praktikum yang dilaksanakan. Untuk keperluan ini mahasiswa di samping perlu pemahaman yang kuat tentang prosedur , teori, dan konsep-konsep, juga perlu memiliki strategi kognitif untuk mengkaitkannya satu sama lain secara logis dengan merujuk pada pemahamannya itu. 
Kekurangan mahasiswa pada kemampuan generik inferensi logika, pada umumnya terletak pada kekurang mampuannya dalam menentukan konsep terkait dan membuat prinsip. Hal ini sagat dimaklumi karena pemahaman mahasiswa tentang materi teori ataupun praktikumnya masih terbatas pada hasil bacaannya sendiri dari yang ditugaskan dosen, belum diberi pemahaman melalui pembelajaran.
c.      Sebab Akibat
Sebab akibat  merupakan kemampuan generik yang nilainya dapat dicapai mahasiswa pada kategori rendah (45,0). Kemampuan generik ini meliputi kemampuan membuat judul, menentukan variabel bebas dan terikat, menentukan masalah, membuat pertanyaan masalah, dan membuat hipotesis untuk praktikum
Dalam membuat judul, mahasiswa  dihadapkan pada pemikiran tentang keterkaitan antara variabel.  Dalam penentuan variabel, mahasiswa dihadapkan pada pemikiran tentang apa variabel itu, mana variabel bebas dan mana variabel terikat. Demikian pula dalam menyusun masalah mahasiswa perlu tahu variabelnya dan memiliki kemampuan mengidentifikasi dan menyusun masalah untuk percobaan yang akan dilakukannya. Dalam membuat pertanyaan masalah, mahasiswa dituntut untuk mampu menjabarkan masalah ke dalam pertanyaan – pertanyaan. Dalam berhipotesis mahasiswa perlu tahu variabel-variabel yang diteliti dan atas pemahamannya pada prinsip atau teori dapat memberikan jawaban sementara pada masalah yang dibuat. Hipotesis ini  berguna dalam memberi arah pada penyelidikan yang akan dilakukan.
Kekurangan mahasiswa dalam kemampuan generik sebab akibat terletak disemua aspek yakni dalam membuat hipotesis, perumusan masalah, membuat pertanyaan masalah,  membuat tujuan, menentukan variable, dan membuat judul praktikum. Dengan demikian strategi kognitif yang berkaitan dengan hal tersebut perlu dilatihkan.  
Secara umum baik kemampuan generik pemodelan, inferensi logika, maupun sebab akibat  telah dimiliki oleh mahasiswa calon guru, walaupun masih tergolong rendah. Hal ini akan menjadi landasan yang dapat menunjang bagi pengembangan dan peningkatan aspek kemampuan generik tersebut  pada praktikum-praktikum selanjutnya. Sebagai mana telah diketahui, bahwa untuk melatih kemampuan generik  diperlukan waktu yang lama (Gibb, 2001), denga demikian melatihkan kemampuan generik  tersebut  perlu berulang kali.

 
E.    Kesimpulan dan Saran
1.      Kesimpulan
Profil kemampuan generik  yang  dapat dikembangkan pada perencanaan percobaan atau perencanaan praktikum fisiologi tumbuhan meliputi kemampuan generik  pemodelan, inferensi logika, dan sebab akibat.
Secara umum mahasiswa calon guru LPTK semester lima awal, telah memiliki kemampuan generik merencanakan percobaan dalam fisiologi tumbuhan, namun masih tergolong rendah (rerata =46,3). Dimilikinya  kemampuan tersebut kemungkinan besar  ditimbulkan karena pengalaman dari kegiatan-kegiatan praktikum di semester sebelumnya (biologi umum, pengetahuan lingkungan, biokimia).
Kemampuan generik pemodelan yang dicapai mahasiswa calon guru  tergolong kategori rendah (rerata = 54,0), kemampuan ini meliputi membuat tabulasi dan spesifikasi alat serta bahan, juga  membuat prosedur  praktikum dalam bentuk diagram  panah  dilengkapi gambar  dan  label. 
Kemampuan generik Inferensi logika yang dicapai mahasiswa termasuk pada kategori rendah (rerata =40,7).  Kemampuan generik ini meliputi kemampuan menggali prinsip dan konsep yang melandasi suatu praktikum.
Kemampuan  generik sebab akibat yang dicapi mahasiswa calon guru tergolong pada kategori rendah (rerata =45,0). Kemampuan generik ini meliputi kemampuan membuat judul, menentukan variabel bebas dan terikat, menentukan masalah, membuat pertanyaan masalah, dan membuat hipotesis untuk praktikum
2.      Saran
a.      Perlu dilanjutkannya identifikasi terhadap kemampuan-kemampuan generik lainnya  selain kemampuan generik pemodelan, inferensi logika, dan sebab akibat, baik pada materi praktikum fisiologi tumbuhan atau materi-materi lainnya. 
b.      Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengungkap kemampuan generik  pada kemampuan pelaksanaan, dan pelaporan praktikum baik pada praktikum fisiologi tumbuhan maupun praktikum lainnya.     
c.      Perlu  dirintis dan dikembangkan suatu model pembelajaran praktikum  yang dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan generik untuk mahasiswa calon guru.  
F.    Daftar Pustaka
Bidwell, R.G.S. (1979). Plant Physiology (second ed.). Macmillan Publishing Co., INC.:New York.
Departemen Pendidikan Nasional.  (2002). Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad ke-21 (SPTK-21). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dwijoseputro. (1980). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia: Jakarta.
Haladyna, T.M. (1997). Writing Test Item To Evaluate Higher Order Thinking. Boston: Allyn and Bacon. 
Ibrahim, M. dan  Nur, M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. University  Press, Pusat Sains dan Matematika Sekolah Program Pascasarjana UNESA: Surabaya.
Ibrahim, R. dan Sukmadinata, N.S. (1993). Perencanaan Pengajaran. Jakarta:  Depdikbud.
Jalal, F. dan  Supriadi, D. (editor). (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 
Joyce, W., & Weil, M. (with Calhoun, E). (2000). Models of Teaching (Sixth. ed).  Boston: Allyn Bacon, A Pearson Education Company.  Klausmeier, HJ. & Sipple, T.S. (1980). Learning and Teaching Concept: A Strategy for Testing Applications of Theory. London: Academic Press Inc. Ltd. Lawson, A. E. (1994). Science Teaching and The Development of Thinking. California: Wadsworth Publishing  Company.  Marzano, R. J. , Pickering. D., & McTighe, J.. (1993). Assessing Student Outcomes: Performance Assessment  Using The Dimensions of Learning Model. Virginia: ASCD Publications.
  Osborne, R. et.al. (1985). Learning in Science: The Implication of Children’s Science. London: Heinemann.
Reif, F. (1995). Millikan Lecture 1994: Understanding and Teaching Important Scientific Thought Processes. American Journal of Physics.  63. (1). P. 17 – 32.
 Rahman, T. dkk .(2004). Panduan Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Jur. Pend Biologi UPI.
Rustaman, N. Y. dan Pramadi, A (1996). Pengelolaan Laboratorium Biologi. Bandung: Jur.Pend. Biologi FPMIPA  IKIP Bandung.
Russell, T and Harlen, W. (1990). Practical Tasks,  Assessing Science in The Primary Classroom. London: Paul Chapman Publishing Ltd.
Subiyanto. (1988). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Dirjendikti Depdikbud: Jakarta.
Sudarwanto, M. dkk. (2001). Hakikat Pembelajaran MIPA Biologi Di Perguruan Tinggi. Jakarta: Pusat Antar Universitas Departemen Pendidikan Nasional.
Supratna, R. (1997). Studi Analisis Tentang Penyusunan Pedoman Penulisan Petunjuk Praktikum Biologi. Laporan Penelitian Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Bandung. Tidak Diterbitkan.
Moerwani, P. dkk. (2001). Hakikat Pembelajaran MIPA Kimia  Di Perguruan Tinggi. Jakarta: Pusat Antar Universitas Departemen Pendidikan Nasional.
Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nur. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press, Pusat Sains dan Matematika Sekolah Program Pasca sarjana UNESA. 
Brotosiswoyo, B. S. (2001). Hakikat Pembelajaran MIPA Fisika  Di Perguruan Tinggi. Jakarta:  Pusat Antar Universitas Departemen Pendidikan Nasional.
Winatasasmita, Dj. (1996). Buku Materi  Kegiatan Pelatihan Laboratorium  FPMIPA LPTK Bidang Biologi: Pengadaan Alat dan Bahan.  Bandung: Jur.Pend. Biologi FPMIPA IKIP Bandung.
Diambil dari http://educare.e-fkipunla.net/index.php?option=com_content&task=view&id=57&Itemid=4

Selasa, 29 Juni 2010

sistem sirkulasi

SISTEM SIRKULASI
A.DARAH
Darah kita terdapat did ala pembuluh darah. Dalam kondisi normal, volume darah setiap orang ± 8% dari berat badan. Pada orang dewasa yang beratnya 65 kg. volume darahnya ± 5 liter.
Darah kita tersusun atas 2 komponen, yaitu 55% merupakan bagan yang cair yaitu plasma darah, dan 45 % bagian padat atau butiran darah.
1.Plasma Darah
Plasma darah terdiri dari 90% air; dan sisanya berupa larutan protein, mineral, garam kalsium, forfor, magnesium, dan besi; serta sejumlah bahan organic seperti glukosa, lemak, urea, asam urat, asam amino, enzim, antigen.
Protein larut dalam plasma darah di sebut protein darah. Protein darah yang penting antara lain sebagai berikut:
a.Hormon penting untuk fisiologi alat tubuh
b.Fibrinogen penting untuk proses pembekuan darah
c.Albumin penting untuk menjaga tekanan osmotik darah.
d.Globulin penting untuk pembentukan zat kebal.
Jika plasma darah diendapkan maka akan tersisa cairan berwarna kuning jernih yang disebut serum. Di dalam serum inilah terkaandung zat kebal atau antibodi.
2.Sel Darah
Sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit, dan trombosit. Eritrosit berfungsi untuk mengangkut oksigen, leukosit berfungsi untuk membunuh bibit penyakit, sedangkan trombosit berfungsi untuk pembekuan darah.
a.Sel Darah Merah (Eritrosit)
Bentuk eritrosit pipih, cekung di bagian tengahnya (bikonkaf), tidak berinti. Setiam 1 mm3 darah mengandung ± 5 juta sel darah merah. Butir sel darah merah mengandung hemoglobin (Hb). Fungsi utama Hb adalah mengangkut 02 dari paru-paru dan mengedarkan ke seluruh tubuh.
Sel darah merah di bentuk oleh sumsum merah tulang. Namun pada saat masih dalam kandungan eritrosit di bentuk di dalam hati dan limpa. Sel darah merah menjadi usang atau tidak efektif lagi melaksanakan fungsinya setelah berumur ± 120 hari.
b.Sel Darah Putih
Dalam tiap 1 mm3 darah terdapat ± 8.000 sel darah putih. Sel darah putih (leukosit) tidak berwarna, bersifat bening, bentuk tidak tetap dan geraknya seperti amuba. Sel ini mempunyai fungsi utama melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh dan membentuk zat antibodi.
Terdapat lima macam sel darah putih, yaitu sebagai berikut:
1)Neutrofil, merupakan 60-70% dari jumlah sel darah putih. Neutrofil hanya berumur 6-20 jam.
2)Monosit, sekitar 5% dari jumlah sel darah putih, merupakan fagosit yang efektif.
3)Eosinofel, berjumlah kira-kira 15% dari jumlah sel darah putih. Bersifat untuk melawan parasit besar seperti cacing dengan menghancurkan dinding luar tubuh cacing.
4)Basofil, granula brasofil mengandung histamin. Histamin adalah salah satu sinyal kimia yang akan di kirim bila terjadi luka dan peradangan.
5)Limfosit, di buat di sumsum tulang dan hati (pada fetus) dan berfungsi menghasilkan antibody untuk melawan zat asing yang masuk.
c.Keping-keping Darah (Trombosis)
Apabila tubuh terluka dan mengelurkan darah, beberapa sat kemudian darah akan berhenti keluar atau darah membeku. Di dala darah terdaat trombosit yang bentuknya tidak teratur, tidak berinti, dan berukuran kecil. Dalam tiap mm3 darah terdapat ± 250.000 keping darah. Dalamtombosit terdapat enzim trombokinase. Apabila darah keluar karena terluka, maka trombosit akan pecah. Enzim trombokinase keluar dari trombosit karena pengaruh ion kalsium dalam darah, enzim trombokinase akan mengubah fibrinogen menjadi trombin. Trombin akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Menyebabkan luka tertutup sehingga tidak mengeluarkan darah secara terus-menerus. Protombin adalah senyawa protein yang di bentuk di hati dengan bantuan vitamin K. Oleh sebab itu orang yang kekurangan vitamin K akan kesulitan mengalami pembekuan darah apabila terjadi luka.
d.Fungsi Darah
Fungsi utama darah pada manusia adalah sebagai berikut:
1)Mengangkut oksigen dan kabon dioksida dari alat pernafasan ke jaringan-jaringan di seluruh tubuh.
2)Mengangkut sari-sari makanan keseluruh tubuh
3)Mengangkut sisa-sisa metabolisme ke alat sekresi
4)Mengedarkan hormon dari kelenjar horman dari kelenjar hormon ke tempat yang membutuhkan.
B.Alat Peredaran Darah
Alat peredaran darah manusia terdiri atas jantung dan pembuluh darah.
1.Jantung
Jantung terletak di rongga dada agak ke sebelah kiri. Jantung manusia berongga dan mempnyai empat ruangan yaitu, serambi kiri dan kanan, serta bilik kiri dan kanan. Antara serambi dan bilik dibatasi oleh sekat yang berkatup. Katup sebelah kanan diebut katup trikusspidalis dan katup sebelah kiri disebut katupbikusspidalis. Katup-katup tersebut menjaga darah dari bilik supaya tidak kembali ke sermbi.
2.Pembuluh darah
Berdasarkan fungsinya, pembuluh darah dibedakan menjadi 2 yaitu: pembuluhdaah nadi atau arteri dan pembuluh balik atau vena. Penghubung arteri dan vena adalah pembuluh kapiler.
a.Pembuluh nadi atau arteri
Pembuluh ini membawa darah keluar dari jantung. Umumnya pembuuh nadi menglirkan darah yang banyak mengandung O2 kecuali nadi paru-paru. Jika kita meraba nadi, denyutnya akan terasa dan jika nadi terluka darah akan memancar.
b.Pembuluh balik atau vena
Pembuluh balik adalah pembuluh yang membawa darah menuju jantung. Darahnya banyak mengandung CO2, kecuali vena pulmonalis (balik paru-paru). Umumnya terletak dekat permukaan tubuh dan tampak kebiru-biruan. Dinding pembuluhnya tipis dan tidak elastics. Jika diraba denyut jantungnya tidak terasa.
c.Pembuluh kapiler
Pembuluh kapiler hanya tersusun atas satu lapis sel endothelium. Dinding epitel sangat tipis untuk pertukaran sel.
C.Macam-macam peredaran darah
Darah kita senantiasa beredar setiap saat selama kita hidup. Darah beredar dari jantung ke seluruh tubuh dan akhirnya kembali lagi ke jantung. Karena darah kita beredar di dalam pembuluh darah, mka peredaran darahnya termasuk peredran darah tertutup. Setiap kali beredardarah melewati jantung dua kali sehungga peredaran manusia disebut juga peredaran darah ganda, yang terdiri dari peredaran kecil dan peredaran darah besar.
Peredaran darah kecil adalah peredaran darah yang dimulai dari jantung (bilik kanan) menujun ke paru paru, kemudian kembali lagi ke jantung (serambi kiri). Adapun peredaran darah besar adalah peredaran darah dari bilik kiri jantung ke seluruh tubuh, kemudian kembali lagi ke jantung.
D.Golongan Darah
Landstainer dan Donath mengolongkan darh menjadiempat, yaitu, A, AB, B, dan O, berdsarkan atas ada dan tidaknya aglutinogen (antigen) dalam eritrosit dan ada tidaknya aglutinogen (antibodi) dalam plasma darah.
Tabel Pengglongan Darah
Golongan
Darah
Sel Darah Mengandung
Aglutinogen
Serum terdapat
Aglutimin
A
B
AB
O
A
B
A dan B
-
β
α
-
β dan α
E.System Peredaran Getah Bening
Limfa adalah cairan yang menggenangi jaringan tubuh. Fungsi limfa sebagaii berikut:
1.Mengambil kelebihan cairan jaringan dan mengembalikan ke darah.
2.Mengabsorpsi lemak dan laktealdi usus halus dan mengangkutnya ke darah.
3.Membantu mempertahankan tubuh dari penyakit.
Peredaran limfa adalah peredaran terbuka di mulai dari jaringan dan berakhir dalam pembuluh balik (vena). Kelenjar limfa yang berarti besar terdapat di ketiak. Pangkal paha, bagian tongsil, jonjot usus, dan pangkal leher.
F.Gangguan Pada System Transportasi
Berbagai gangguan pada system transportasi adalah sebagai berikut.
1.Hemofilia; kelainan berupa darah yang keluar sukar sukar membek. Hemofilia ini bersifat menurun.
2.Anemia; penyakit kekurangan darah, yaitu kekurangan butir-butir hemoglobin dalam darah.
3.Penyakit kuning pada bayi; rusaknya eritrosit oleh aglutinin yang dating dari luar, menyerang fetus di dalam kandungan atau bayi yang baru lahir.
4.Leukimia/ kanker darah; terjadi penambahan jumlah sel darah putih secara berlebihan dan tidak dapat di cegah sehingga memangsa sel darah merah.
5.Trombus/embolus; penyakit jantung yang dapat di sebabkan oleh gumpalan suatu zat di dalam pembuluh nadi tajuk.
6.Varises; pelebaran pada pembuluh vena.
7.Sklerosis; penyakit karena pembuluh nadi yang mengeras.
G.Teknologi Mengatasi Gagal Jantung
Cara yang umum digunakan untuk mengatasi gagal jantung adalah dengan transplantasi jantung, yaitu mengganti jantung pasien dengan jantung organ lain yang masih baik. Kendalanya adalah sangat sulit untuk mendapatkan donor organ pada saat diperlukan dan terjadi penolakan tubuh. Pada tahun 2001 telah dikembangkan jantung buatan yang diberi nama abiocor. Jantung buatan ini terbuat dari titanium dan angiolex (sejenis plastik poliester). Alat ini didesain agar tidak mengakibatkan penggumpalan darah bila terjadi kontak dengan darah dan dirancang untuk tahan dan fleksibel terhadap denyutan 100.000 kali per hari (kira-kira sama dengan denyut jantung normal).
Jantung buatan juga didesain agar pasien tetap dapat beraktifitas dengan normal dan memungkinkan darah bergerak melalui paru-paru dan seluruh tubuh untuk merangsang irama denyut jantung. Pasien pertama yang menggunakan jantung buatan terdapat bertahan hidup selama 151 hari, lebih lama dari perkiraaan dokter yang memvonisnya hanya berumur 1 bul

Selasa, 15 Juni 2010

Teori Pembelajaran

PENDAHULUAN

Seiring perkembangan teknologi internet, model e-learning mulai dikembangkan, sehingga kajian dan penelitian sangat diperlukan. Hakekat e-learning adalah bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. Sistem ini dapat digunakan dalam pendidikan jarak jauh atau pendidikan konvensional.
Oleh karena itu mengembangkan model ini tidak sekedar menyajikan materi pelajaran ke dalam internet tetapi perlu dipertimbangkan secara logis dan memegang prinsip pembelajaran. Begitu pula desain pengembangan yang sederhana, personal, dan cepat, serta unsur hiburan akan menjadikan peserta didik betah belajar di depan internet seolah-seolah mereka belajar di dalam kelas. Ilmu dan teknologi terutama teknologi informasi berkembang sangat pesat. Pesatnya perkembangan teknologi ini berdampak pada pelbagai perubahan sosial budaya. Misalnya e-commerce merupakan perubahan radikal dalam aspek ekonomi masyarakat modern saat ini. Di sektor pemerintahan ada e-government.
Demikian pula di sektor pendidikan sudah berkembang apa yang disebut e-learning.Pemanfaatan teknologi internet untuk pendidikan dipelopori oleh sekolah militer di Amerika Serikat (1983). Sejak itu tren teknologi internet untuk pendidikan berkembang pesat dan lebih dari 100 perguruan tinggi di Amerika Serikat telah memanfaatkannya. Begitu pula teknologi ini berkembang pesat di negara-negara lain. Hasil survai yang dilakukan James W. Michaels dan Dirk Smilie (dalam Andito M. Kodijat, 2002) saat ini provider di dunia ada sekitar 25% pendidikan tinggi yang menawarkan programnya melalui internet. Visi dari sekolah (universitas) ini adalah untuk mencapai dan memberikan layanan pada pasar tanpa dibatasi atau perlu memperluas fasilitas fisiknya.
Di Indonesia pemanfaatan teknologi internet dimulai sekitar tahun 1995 ketika IndoInternet membuka jasa layanan internet. Kemudian tahun 1997-an mulai berkembang pesat. Namun harus diakui bahwa kini pemanfaatan teknologi ini masih didominasi oleh lembaga seperti perbankan, perdagangan, media massa, atau kalangan industri. Jika melihat potensinya, dalam waktu mendatang mungkin saja lembaga pendidikan akan mendominasinya.
Pemanfatan teknologi internet untuk pendidikan di Indonesia secara resmi dimulai sejak dibentuknya telematika tahun 19961). Masih ditahun yang sama dibentuk Asian Internet Interconnections Initiatives (www.ai3.itb.ac.id/indonesia). Jaringan yang dikoordinir oleh ITB ini bertujuan untuk pengenalan dan pengembangan teknologi internet untuk pendidikan dan riset, pengembangan backbone internet pendidikan dan riset di kawasan Asia Pasific bersama-sama perguruan tinggi di kawasan ASEAN dan Jepang, serta pengembangan informasi internet yang meliputi aspek ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, sosial, dan ekonomi. Hingga kini sudah ada 21 lembaga pendidikan tinggi (negeri dan swasta), lembaga riset nasional, serta intnasi terkait yang telah bergabung.
Seiring perkembangan zaman, pemanfaatan internet untuk pendidikan di Indonesia khususnya di perguruan tinggi terus berkembang. Misalnya tahun 2001 didirikan universitas maya Indonesia Bangkit University Teledukasi (IBUTeledukasi) bekerjasama dengan Universitas Tun Abdul Razak Malaysia, beberapa PT juga menawarkan program on-line course misalnya (www.petra.ac.id). Universitas Terbuka mengembangkan on-line tutorial (www.ut.ac.id/indonesia/tutorial.htm), Indonesia Digital Library Network mengembangkan perpustakaan elektronik (www.idln.itb.ac.id), dan lain-lain.
Pemanafaatan internet untuk pendidikan ini tidak hanya untuk pendidikan jarak jauh, akan tetapi juga dikembangkan dalam sistem pendidikan konvensional. Kini sudah banyak lembaga pendidikan terutama perguruan tinggi yang sudah mulai merintis dan mengembangkan model pembelajaran berbasis internet dalam mendukung sistem pendidikan konvensional. Namun suatu inovasi selalu saja menimbulkan pro dan kontra. Yang pro dengan berbagai dalih meyakinkan akan manfaat kecanggihan teknologi ini seperti;, memudahkan komunikasi, sumber informasi dunia, memudahkan kerjasama, hiburan, berbelanja, dan kemudahan aktivitas lainnya. Sebaliknya yang kontra menunjukan sisi negatifnya, antara lain: biaya relatif besar dan mudahnya pengaruh budaya asing. Internet sebagai media baru ini juga belum begitu familier dengan masyarakat, termasuk personil lembaga pendidikan. Oleh karena itu sangat perlu terus dilakukan kajian, penelitian, dan pengembangan model e-learning. Tulisan ini akan mencoba menjelaskan e-learning dan kemungkinan pengembangan modelnya dalam meningkatkan mutu pendidikan.


B. INTERNET SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN


Internet sering disebut sebagai jaringan komputer. Padahal tidak semua jaringan komputer termasuk internet. Jaringan sekelompok komputer yang sifatnya terbatas disebut sebagai jaringan lokal (Local Area Network). “Internet merupakan jaringan yang terdiri atas ribuan bahkan jutan komputer, termasuk di dalamnya jaringan lokal, yang terhubungkan melalui saluran (satelit, telepon, kabel) dan jangkauanya mencakup seluruh dunia (Kamarga, 2002)”. Jaringan ini bukan merupakan suatu organisasi atau institusi, sifatnya bebas, karena itu tidak ada pihak yang mengatur dan memilikinya.
Internet lahir pada masa perang dingin sekitar tahun 1969 dan digunakan pertama kali untuk keperluan militer (Ahmad Bustami, 1999). Pada tahun ini ARPA (Avanced Research Project Agency) dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat membangun sistem jaringan komputer yang disebut Arpanet. Jaringan ini menghubungkan antar komputer di daerah-daerah vital dalam rangka mengatasi masalah jika terjadi serangan nuklir. Arpanet berkembang sangat pesat dan dipecah menjadi dua bagian Milnet dan Arpanet. Milnet digunakan khusus untuk keperluan militer, sedangkan Arpanet digunakan untuk keperluan non militer terutama perguruan tinggi. Gabungan kedua jaringan ini pada akhirnya dikenal dengan nama Darpa Internet, yang kemudian disederhanakan menjadi internet.
Penemuan internet dianggap sebagai penemuan yang cukup besar, yang mengubah dunia dari bersifat lokal atau regional menjadi global. Karena internet terdapat sumber-sumber informasi dunia yang dapat diakses oleh siapapun dan dimanapun melalui jaringan internet. Melalui internet faktor jarak dan waktu sudah tidak menjadi masalah. Dunia seolah-olah menjadi kecil, dan komunikasi menjadi mudah. Dalam hal ini Onno W. Purbo (2001) melukiskan bahwa internet juga telah mengubah metode komunikasi massa dan penyebaran data atau informasi secara fleksibel dan mengintegrasikan seluruh bentuk media massa konvensional seperti media cetak dan audio visual.
Internet memiliki banyak fasilitas yang telah digunakan dalam berbagai bidang, seperti militer, media massa, bisnis, dan juga untuk pendidikan. Fasilitas tersebut antara lain: e-mail, Telnet, Internet Relay Chat, Newsgroup, Mailing List (Milis), File Transfer Protocol (FTP), atau World Wide Web (WWW). Di antara banyak fasilitas tersebut menurut Onno W. Purbo (1997), “ada lima aplikasi standar internet yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, yaitu e-mail, Mailing List (milis), News group, File Transfer Protocol (FTC), dan World Wide Web (WWW)”.
Electronic mail (e-mail), mulai diperkenalkan tahun 1971 (http://www.livinginternet.com). Fasilitas ini sering disebut sebagai surat elektronik, merupakan fasilitas yang paling sederhana dan mudah digunakan. Dalam survei yang dilakukan sebuah lembaga riset Amerika Serikat (Graphics, Visualization and Usability Center) diketahui bahwa 84% responden memilih e-mail sebagai aplikasi terpenting internet, lebih penting ketimbang web (http://www.gvu.gatech..edu/user_surveis/).
Mailing List mulai diperkenalkan setelah e-mail yaitu sejak tahun 1972 (http://www.livinginternet.com). Ini merupakan salah satu fasilitas yang dapat digunakan untuk membuat kelompok diskusi atau penyebaran informasi. Cara kerja mailing list adalah pemilik email dapat bergabung dalam sebuah kelompok diskusi, atau bertukar informasi yang tidak dapat diintervensi oleh orang di luar kelompoknya. Komunikasi melalui fasilitas ini sama seperti e-mail bersifat tidak langsung (asynchronous).
News group adalah fasilitas internet yang dapat dilakukan untuk komunikasi antar dua orang atau lebih secara serentak (waktu bersamaan) atau bersifat langsung (synchronous). Bentuk pertemuan ini sering disebut sebagai konferensi, dengan fasilitas video conferencing, atau text saja, atau bisa audio dengan menggunakan fasilitas chat (IRC).
Melalui fasilitas File Transfer Protocol (FTC) ini orang dapat menstransfer data/file dari satu komputer ke internet (up-load) sehingga bisa diakses oleh pengguna internet di seluruh pelosok dunia. Di samping itu fasilitas ini dapat mengambil arsif/file dari situs internet ke dalam komputer pengguna (down-koad).
World Wide Web atau sering disebut Web mulai diperkenalkan tahun 1990-an (http://www.livinginternet.com). Fasilitas ini merupakan kumpulan dokumentasi terbesar yang tersimpan dalam berbagai server yang terhubung menjadi suatu jaringan (internet). Dokumen ini dikembangkan dalam format hypertext 2). dengan menggunakan Hypertext Markup Language (HTML). Melalui format ini dimungkinkan terjadinya link dari satu dokumen ke dokumen/bagian lain. Selain itu fasilitas ini bersifat multimedia, yang terdiri dari kombinasi unsur teks, foto, grafika, audio, animasi, dan juga video.Teknologi internet pada hakekatnya merupakan perkembangan dari teknologi komunikasi generasi sebelumnya. Media seperti radio, televisi, video, multi media, dan media lainnya telah digunakan dan dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan. Apalagi media internet yang memiliki sifat interaktif, bisa sebagai media massa dan interpersonal, dan gudangnya sumber informasi dari berbagai penjuru dunia, sangat dimungkinkan menjadi media pendidikan lebih unggul dari generasi sebelumnya. Oleh karena itu Khoe Yao Tung (2000) mengatakan bahwa setelah kehadiran guru dalam arti sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil guru yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia.
Dengan fasilitas yang dimilikinya, internet menurut Onno W. Purbo (1998) paling tidak ada tiga hal dampak positif penggunaan internet dalam pendidikan yaitu: (a). Peserta didik dapat dengan mudah mengambil mata kuliah dimanapun di seluruh dunia tanpa batas institusi atau batas negara. (b). Peserta didik dapat dengan mudah berguru pada para ahli di bidang yang diminatinya. (c). Kuliah/belajar dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia tanpa bergantung pada universitas/sekolah tempat si mahasiswa belajar. Di samping itu kini hadir perpustakan internet yang lebih dinamis dan bisa digunakan di seluruh jagat raya.
Pendapat ini hampir senada dengan Budi Rahardjo (2002). Menurutnya, manfaat internet bagi pendidikan adalah dapat menjadi akses kepada sumber informasi, akses kepada nara sumber, dan sebagai media kerjasama. Akses kepada sumber informasi yaitu sebagai perpustakaan on-line, sumber literatur, akses hasil-hasil penelitian, dan akses kepada materi kuliah. Akses kepada nara sumber bisa dilakukan komunikasi tanpa harus bertemu secara fisik. Sedangkan sebagai media kerjasama internet bisa menjadi media untuk melakukan penelitian bersama atau membuat semacam makalah bersama.
Penelitian di Amerika Serikat tentang pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi untuk keperluan pendidikan diketahui memberikan dampak positif (Pavlik, 19963)). Studi lainya dilakukan oleh Center for Applied Special Technology (CAST), “bahwa pemanfaatan internet sebagai media pendidikan menunjukan positif terhadap hasil belajar peserta didik4)”.
Internet sebagai media pendidikan memiliki banyak keunggulan,. Namun tentu saja memiliki kelemahan; seperti yang disampaikan oleh Budi Rahardjo (2002) adalah infrastruktur internet masih terbatas dan mahal, keterbatasan dana, dan budaya baca kita masih lemah. Di sinilah tantangan bagaimana mengembangkan model pembelajaran melalui internet.


C. E- LEARNINING


Banyak para ahli yang mendefinisikan e-learning sesuai sudut pandangnya. Karena e-learning kepanjangan dari elektronik learning ada yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pembelajaran yang memanfaatkan teknologi elektronik (radio, televisi, film, komputer, internet, dll). Jaya Kumar C. Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.
Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Cambell (2002), Kamarga (2002) yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat e-learning. Bahkan Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet.
Secara lebih rinci Rosenberg (2001) mengkatagorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-learning, yaitu: (a). e-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi. Persyaratan ini sangatlah penting dalam e-learning, sehingga Rosenberg menyebutnya sebagai persyaratan absolut. (b). e-learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar teknologi internet. CD ROM, Web TV, Web Cell Phones, pagers, dan alat bantu digital personal lainnya walaupun bisa menyiapkan pesan pembelajaran tetapi tidak bisa dikolongkan sebagai e-learning.(c). e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran yang menggungguli paradikma tradisional dalam pelatihan. Uraian di atas menunjukan bahwa sebagai dasar dari e-learning adalah pemanfaatan teknologi internet. Jadi e-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. Oleh karena itu e-learning dapat digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh dan juga sistem pendidikan konvensional. Dalam pendidikan konvensional fungsi e-learning bukan untuk mengganti, melainkan memperkuat model pembelajaran konvensional. Dalam hal ini Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut: (a). e-learning merupakan penyampian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihansecaraon-line.(b). e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi.(c). e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan. (d). Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar conten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik


D.PERTIMBANGANE-LEARNING


Pertimbangan memutuskan sistem pendidikan konvensional menjadi sistem e-learning tentu saja bukan didasarkan pada trend, ikut-ikutan teknologi internet, tetapi perlu ikaji secara matang. Oleh karena itu para penyusun dan pengambil kebijakan perlu melakukan observasi dan studi kelayakan. Beberapa pertanyaan yang bisa dijadikan bahan pertimbangan antara lain: (1). Anggaran biaya Yang diperlukan. Bandingkan biaya untuk pendidikan konvensional dengan e-learning. Melalui e-learning, biaya mendirikan bangunan sekolah, buku - buku, tenaga pengajar, dan biaya operasional peserta didik dapat ditekan. Oleh karena itu pendidikan jarak jauh atau sistem konvensional yang massal akan lebih efisien dengan e-learning. (2). Materi apa saja yang menjadi prioritas dimasukan pada model e-learning sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan, atau semua materi pelajaran perlu dimasukan. (3). Pengalihan dari konvensinal ke e-learning apakah bisa dilakukan sendiri atau perlu kerjasama dengan instansi lain. Instansi seperti perguruan tinggi (yang memiliki SDM relevan) dan kalangan industri (terutama industri perangkat lunak) sangat potensial dijadikan mitra kerjasama. (4). Apakah perubahan ini bisa diterima (diadopsi) dengan baik oleh sasaran. Sebagai hasil inovasi, proses difusi sangat diperlukan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Oos M. Anwas (2003) menunjukan bahwa adopsi inovasi e-learning dalam tahapan pembentukan sikap di kalangan akademisi masih bervariasi. Banyak faktor yang menentukan, diantaranya exposure informasi internet, kedekatan dengan teknologi komunikasi dan informasi, dan derajat kebutuhan terhadap internet. Namun yang menarik dari penelitian ini adalah faktor kondusivitas organisasi dapat mempengaruhinya. Dalam organisasi yang kondusif, akademisi cenderung lebih baik dalam mengadopsi e-learning dibandingkan dengan organisasi yang kurang kondusif. Faktor organisasi yang relatif homogen seperti perguruan tinggi ini lebih penting dibandingkan dengan mempermasalahkan faktor demografi seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, klas ekonomi, dan faktor personality (type kepribadian). Padahal dalam penelitian adopsi inovasi sebelumnya, faktor demografi dan personality tersebut sering dijadikan penjelas dan mempengaruhi individu dalam mengadopsi suatu inovasi. (5). Bagaimana menerapkan perubahan tersebut sehingga bisa tercapai secara efektif dan efisien, serta bagaimana kelanjutan operasional termasuk evaluasi dan tindaklanjutnya.

E.PENGEMBANGANMODEL


Pengembangan model e-learning perlu dirancang secara cermat sesuai tujuan yang

diinginkan. Jika kita setuju bahwa e-learning di dalamnya juga termasuk pembelajaran

berbasis internet, maka pendapat Haughey (1998) perlu dipertimbangkan dalam pengembangan e-learning. Menurutnya ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu web course, web centric course, dan web enhanced course”.
Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan sistem jarak jauh.
Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut.Model web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.
Pengembangan e-learning tidak semata-mata hanya menyajikan meteri pelajaran secara on-line saja, namun harus komunikatif dan menarik. Materi pelajaran didesain seolah peserta didik belajar dihadapan pengajar melalui layar komputer yang dihubungkan melalui jaringan internet. Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang e-learning, yaitu “sederhana, personal, dan cepat”. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada , dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem e-learning-nya.
Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di depan layar komputernya.
Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.
Untuk meningkatkan daya tarik belajar, Onno W. Purbo menambahkan perlunya menggunakan teori games. Teori ini dikemukakan setelah diadakan sebuah pengamatan terhadap perilaku para penggemar games komputer yang berkembang sangat pesat. Bermain games komputer sangatlah mengasyikan. Para pemain akan dibuat hanyut dengan karakter yang dimainkannya lewat komputer tersebut. Bahkan mampu duduk berjam-jam dan memainkan permainan tersebut dengan senang hati.
Fenomena ini sangat menarik dalam mendesain e-learning. Dengan membuat sistem e-learning yang mampu menghanyutkan peserta didik untuk mengikuti setiap langkah belajar di dalamnya seperti layaknya ketika bermain sebuah games. Penerapan teori games dalam merancang materi e-learning perlu dipertimbangkan karena pada dasarnya setiap manusia menyukai permainan.
Secara ringkas, e-learning perlu diciptakan seolah-olah peserta didik belajar secara konvensional, hanya saja dipindahkan ke dalam sistem digital melalui internet. Oleh karena itu e-leraning perlu mengadaptasi unsur-unsur yang biasa dilakukan dalam sistem pembelajaran konvensional. Misalnya dimulai dari perumusan tujuan yang operasional dan dapat diukur, ada apersepsi atau pre test, membangkitkan motivasi, menggunakan bahasa yang komunikatif, uraian materi yang jelas, contoh-contoh kongkrit, problem solving, tanya jawab, diskusi, post test, sampai penugasan dan kegiatan tindak lanjutnya. Oleh karena itu merancang e-laarning perlu melibatkan pihak terkait, antara lain: pengajar, ahli materi, ahli komunikasi, programmer, seniman,dll.

F.KESIMPULAN


Kebijakan institusi pendidikan dalam memanfaatkan teknologi internet menuju e-learning perlu kajian dan rancangan mendalam. E-learning bukan semata-mata hanya memindahkan semua pembelajaran pada internet. Hakekat e-learning adalah proses pembelajaran yang dituangkan melalui teknologi internet. Disamping itu prinsip sederhana, personal,

dan cepat perlu dipertimbangkan. Untuk menambah daya tarik dapat pula menggunakan teori games. Oleh karena itu prinsip dan komunikasi pembelajaran perlu didesain seperti layaknya pembelajaran konvensional. Di sini perlunya pengembangan model e-learning yang tepat sesuai kebutuhan.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa media pembelajaran secanggih apapun tidak akan bisa menggantikan sepenuhnya peran guru/dosen. Penanaman nila-nilai dan sentuhan kepribadian sulit dilakukan. Di sini tantangan bagi para pengambil kebijakan dan perancang e-learning. Oleh karena itu saya sependapat bahwa dalam sistem pendidikan konvensional, fungsi e-learning adalah untuk memperkaya wawasan dan pemahaman peserta didik, serta proses pembiasaan untuk melek sumber belajar khususnya teknologi internet.


DAFTAR PUSTAKA
Anwas, Oos M. (2000), Internet: Peluang dan Tantangan Pendidikan Nasional. Jakarta: Jurnal Teknodik Depdiknas.
________, (2003), Faktor yang Mempengaruhi Sikap terhadap Internet; Studi Survei Kesiapan Dosen dalam Mengadopsi Inovasi e-learning, Jakarta: Program Pascasarjana FISIP Universitas Indonesia.
Awang, Hizamnuddin. (2000) Teknografi Pengguna Internet. http://www.magazin.jaringan.my/2000/november
http://www.ascusc.org/jemc/vol16/issue1/abersole.html,
Kamarga, Hanny. (2002). Belajar Sejarah melalui e-learning; Alternatif Mengakses Sumber Informasi Kesejarahan. Jakarta: Inti Media.
Kodijat, Ardito M.. (2001). On-line Services pada Industri Pendidikan. http://www.ristek.go.id/berita/ardito.htm.
Koran, Jaya Kumar C. (2002), Aplikasi E-Learning dalam Pengajaran dan pembelajaran di Sekolah Malasyia. (8 November 2002).
www.moe.edu.my/smartshool/neweb/Seminar/kkerja8.htm.
Lawanto, Oemardi. (2000). Pembelajaran Berbasis Web sebagai Metoda
Diposkan oleh rengganis di 10:16